Wednesday, April 04, 2012

Semangat Mobil Esemka

Harian Suara Merdeka tanggal 4 April 2012

Di Indonesia banyak orang hebat. Berita besar akhir-akhir ini yang menarik perhatian saya adalah tereksposnya ke media mengenai kemampuan siswa SMK membuat mobil. Kendaraan yang didesain hingga dibuat dengan didampingi oleh pengusaha bengkel lokal, Bp Sukiyat, harus mengikuti tes sesuai persyaratan resmi. Saya orang yang optimistis, namun terkait tes tersebut saya merasa pasti tidak lulus. Meski doa yang dipanjatkan sebaliknya, namun kenyataan memang mobil tersebut harus uji ulang.

Sebagai masyarakat Indonesia, sangat sadar bahwa mobil tersebut belum sesempurna mobil produksi industri otomotif terkemuka, saya pikir wajar-wajar saja. Tapi, asal sudah memenuhi standard keamanan seharusnya bisa diberi kesempatan untuk diproduksi.

Kenyamanan ditingkatkan sambil jalan, demikian pula emisi gas buang yang terkait polusi, pasti akan ditemukan jalan keluarnya. Bukankah polusi di jalanan tetap tinggi meski jalanan dipenuhi kendaraan yang notabene lulus uji?
Lihat, polisi dan pengendara sepeda motor banyak menggunakan penutup hidung saat di jalanan untuk mengindikasikan bahwa gas CO2 ada di batas yang tidak bisa ditoleransi tubuh manusia. Alarm tubuh sudah ”berdering” berbunyi ”ngik-ngik-ngik” lebih sering karena terjadi sesak nafas, meski sensor di dinas terkait tidak menyala/tidak berbunyi dan menunjukkan mobil lulus uji emisi.

Jerman memproduksi mobil rakyat VW (Volks Wagon = mobil rakyat). Meski juga memproduksi mobil yang lebih sempurna seperti Mercedez Benz, BMW, pemerintah Jerman tetap mendorong produksi mobil VW. Dari suaranya saja VW jauh lebih bising dibanding mobil mana pun di eranya. Jadi VW minimal sudah menghasilkan polusi suara. Namun toch mobil tersebut tetap didukung oleh pemerintahnya, bahkan diekspor ke Indonesia sebagai salah satu negara tujuan. Kita ingat era 70-an mobil VW berwarna oranye, dengan atap terpal dan suara bising menjadi mobil dinas hingga tingkat camat.

Kehadiran mobil esemka di blantika otomotif nasional tentu sangat diharapkan sebagian besar masyarakat Indonesia. Tidak apa kalau kalah nyaman, asal aman. Maklum, harga lebih murah. VW pun mengalami penyempurnaan bertahap. Ketidaknyamanan mobil esemka rasanya akan terlupakan kalau teringat bahwa mobil ini produksi dalam negeri dan sarat spirit berdikari. Di tengah kepungan industri otomotif yang sudah mapan, saya merasakan mobil Esemka terlahir dari rakyat Indonesia yang berkarya dengan semangat ABCD(above beyond call duty = melebihi panggilan tugas). Semangat ABCD sebenarnya banyak dimiliki orang Indonesia. Sayang bila semangat ini dikalahkan oleh ABS (asal bapak senang).

Purnomo Iman Santoso-EI
Villa Aster II Blok G No 10
Srondol, Semarang 50268

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home