Monday, February 05, 2018

Pentingnya Timer di Traffic Light

Harian Suara Merdeka tanggal 6 Februari 2018


Sebelum lampu merah menyala di traffic light, biasanya lampu kuning akan berkedip dulu sebagai tanda untuk persiapan bagi pengemudi. Peran lampu kuning sangat penting agar pengemudi tidak terburu-buru berhenti. Hal ini sangat membantu pengendara mengatur kecepatan, apakah akan terus melintas atau harus berhenti, yang otomatis akan meminimalkan pelanggaran lalu lintas di traffic light.
Sayang, timer hitung mundur di perempatan jalan raya tampaknya banyak yang tidak berfungsi atau bahkan sudah dilepas (bukannya diperbaiki). Akhirnya kembali menggunakan lampu kuning sebagai pengendali peralihan dari lampu merah ke hijau dan sebaliknya.
Nyala lampu kuning haruslah sama lamanya di setiap traffic light untuk memberi kesempatan bagi pengemudi mengatur laju kendaraannya. Di tengah kecenderungan jalan raya yang makin dipadati kendaraan bermotor, akan lebih baik lagi bila timer hitung mundur yang berfungsi baik seperti waktu sebelumnya, diadakan lagi.
Pengadaan CCTV tetap dibutuhkan, tapi bisa dimanfaatkan secara lebih luas dan tidak sebatas untuk menjaring pelanggaran

Purnomo Iman Santoso-EI
Villa Aster II Blok G No 10
Srondol, Semarang



Monday, September 11, 2017

Kancil Mencuri Timun

Harian Suara Merdeka tanggal 12 September 2017


Ada cerita rakyat yang sangat populer, Kancil Mencuri Timun.Kisah kenakalan sang kancil yang mencuri timun dari kebun pak tani ini sebenarnya pesan moralnya adalah tentang kecerdikan sang kancil saat mencari solusi. Jangan panik ketika kita dihadapkan satu masalah yang berat. Gunakan akal pikir untuk cari jalan keluar. Ini yang ditanamkan sejak dini tujuannya untuk jadi bekal anak- saat dewasa nanti.
Namun dalam perkembangannya tampaknya terjadi bias ekstrem dalam memaknai pesan moral di atas menjadi ”Tak peduli apa pun yang ditanam petani,yang penting kancil boleh mencuri”. Bahkan kancil tak lagi terbatas mencuri milik petani tapi juga peternak dan nelayan. Beras, kedelai, garam, buah-buahan dll komoditas pertanian,dengan dalih stabilitas harga dan menggunakan data kenaikan inflasi untuk ”menakut-nakuti” , impor pun secara sistematis dilegalkan terealisasi.Meski mengabaikan potensi dalam negeri sendiri. Di negeri gemah ripah loh jinawi ini dari beras, garam, kedelai, jagung hingga buah-buahan dll ,(bahkan daging sapi ,hingga ikan laut),berpotensi dibuat bergantung pada negara lain.Kalau dulu Indonesia dikenal sebagai anggota Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) belakangan sudah tidak lagi karena jadi negara pengimpor minyak.
Di balik ini semua ada indikasi demi keuntungan segelintir pihak. Masa dulu,perdagangan akan bergairah saat musim panen tiba.Pengalaman ini bisa jadi salah satu bukti bahwa kalau petani makmur,sektor usaha lainnya pun dapat imbas positif dan perekonomian akan bergerak ke arah pemerataan yang sehat.
Berapa hari yang lalu ada berita membesarkan hati, ekspor bawang merah asal Brebes. Juga, impor hasil laut yang turun hingga 70%, sementara ekspor naik.Mudah mudahan ini bisa terus berkelanjutan.
Diikuti harga yang sehat, komoditas pertanian,peternakan hingga laut bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dari kondisi positif di atas,ada satu hal yang sangat penting telah terjadi.Yaitu mulai berproses pelurusan terhadap kesalahkaprahan penafsiran pesan moral kisah Kancil Mencuri Timun yang terjadi selama ini.Yang tidak boleh lagi ditafsirkan sang Kancil (”dengan kecerdikannya”) sesuka suka mencuri hasil panen petani (juga peternak,nelayan) dengan dalih (kelatahan) import sebagai ”solusi”.
Purnomo Iman Santoso (EI)
Villa Aster II ,Blok G No.10
Srondol Semarang


Monday, July 31, 2017

Revolusi Mental di Jajaran PT KAI

Harian Suara Merdeka tanggal 1 Agustus 2017


    
Bulan Februari 2017 pertengahan saya ke Surabaya naik KA Maharani Ekonomi.Tiket Rp. 60.000,--berangkat dari Stasiun Tawang jam 11.55 .Gerbong Kereta bersih ber AC.Setiap akan berhenti di stasiun ada pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dan Inggris.Duduk di depan saya seorang web designer,obrolan menarik terjadi sepanjang perjalanan .Tak terasa sampai di Stasiun Pasar Turi Surabaya jam 16.30 (tepat waktu). 
Sesaat sebelum turun,teman baru saya bercerita kalau rekannya beberapa waktu lalu jaketnya tertinggal di KA Maharani,sudah dianggap hilang,ternyata esok paginya di phone oleh pihak PT KAI.Setelah dikonfirmasi,jaket akhirnya kembali ke pemiliknya.
 Bulan Mei 2017 ada kisah viral tentang ditemukannya uang sebesar Rp. 254 juta oleh seorang porter,Bpk Supriyanto di stasiun Kroya.Uang tersebut dikembalikan ke pemilik tanpa kurang satu peser pun.
Surat pembaca Suara Merdeka 18 Juli 2017 berjudul Terima Kasih Polsuska berkisah tentang ditemukan kembali HP seorang penumpang yang tertinggal di Stasiun Purwokerto yang baru disadarinya setelah dalam perjalanan ke Jogja.
Kejadian-kejadian nyata ini dirasakan sangat luar biasa ditengah riuh rendahnya berita-berita minor yang justru terindikasi dilakukan oleh sosok dan tokoh yang  menempatkan diri terhormat dimata masyarakat, bahkan mengesankan dengan Sang Pencipta pun punya relasi paling  dekat.
Rasanya saya sebagai mahluk ciptaanNYA yang biasa-biasa saja ikut merasa tambah  berdosa bila tidak ikut mengabarkan kebaikan yang dilakukan orang-orang biasa seperti pak Supriyanto porter di stasiun Kroya,hingga pak Sudirman Polsuska di stasiun Purwokerto dan  Polsuska di stasiun Tugu Jogja ,dll. 

Kejadian diatas juga membuktikan bahwa Revolusi Mental Sedang dan Telah Terwujud di Jajaran PT KAI.


(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa II Aster Blok G No.10,Srondol,Semarang


 


 

Tuesday, July 11, 2017

Kontribusi Dunia Akademis Pada Pencegahan Korupsi

Harian Suara Merdeka,tanggal 11 Juli 2017


Teringat beberapa waktu yang lalu, secara tidak sengaja, nonton tayangan teve upacara pemberhentian dengan tidak hormat aparat yang dipecat di sebuah instansi/institusi pemerintah. Baju dinas + tanda kepangkatan dilepas dan diganti baju biasa. Diinfokan bahwa tindakan tegas tersebut tidak ada diskriminasi.Dari kopral hingga jenderal ada perlakuan sama.
Otoritas Jasa Keuangan (dulu Bank Indonesia) akan memblack list pelaku di industri keuangan yang terbukti cacat integritas. KPK melalui proses pengadilan, berulang menjebloskan para koruptor ke penjara.Sering para koruptor ini dengan gelar berderet dari berbagai institusi pendidikan favorit.
Kontribusi dunia akademis disamping ikut menyusun berbagai undang-undang (termasuk UU antikorupsi) dan seleksi para calon pimpinan KPK yang akan diajukan Presiden,akan lebih baik lagi bila ditambah pencopotan gelar bagi koruptor yang telah divonis bersalah oleh pengadilan. Kapan ya institusi pendidikan mencopot gelar,mencabut ijasah yang telah digunakan tidak sesuai janji saat diwisuda oleh alumni yang terpidana korupsi.
Karena,tentunya sangat memalukan almamater,bahkan mayoritas alumni yang pasti jauh lebih banyak yang memegang teguh pada Janji dan sumpahnya saat wisuda "berguna bagi Bangsa dan Negara". 
Setidaknya pemegang gelar akademis tak gegabah untuk tergoda melakukan tindakan yang sebenarnya kelewat murah dibanding pengorbanan waktu,biaya,tenaga, pikiran saat meraihnya dan kehormatan yang disandang saat mencantumkan gelar-gelar di seputar namanya.
Ini bisa jadi kontribusi sangat berarti dari dunia akademis untuk mendukung dengan memperkuat sisi pencegahan korupsi di negeri tercinta Indonesia.Institusi lain sudah menjalankan.Pelanggaran seperti indisipliner, desersi dll sepakat termasuk kategori berat untuk profesi tertentu.Tapi, korupsi dikategorikan extra ordinary crime.
Semarang,14 Juni 2017
Purnomo Iman Santoso-EI
Villa Aster II Blok G No.10
Srondol Semarang

Tuesday, April 11, 2017

ERA BLAKA SUTHA

Harian Suara Merdeka tanggal 11 April 2017

 ”BANGSA ini harus bisa menghargai kegagalan”. Kata kata ini diucapkan salah satu narasumber pada sebuah acara di salah satu teve swasta yang membahas industri kreatif. Terasa menyentak karena ke-blaka sutha-annya / keterusterangannya.
Memang,masih banyak yang berpendapat bahwa gagal itu memalukan,aib,layak dicemooh, bahkan gagal itu kiamat. Dari sekolah dasar anak sudah dididik harus berhasil. Sebetulnya tidak salah. Hanya saja orientasi hasil yang begitu ”absolut” ditanamkan,sampai-sampai kurang seimbang menekankan proses yang benar untuk mencapainya.
Demi keberhasilan yang sudah jadi tuntutan sosial, cara cara ”cepat saji”pun dianggap sah-sah saja. Proses semestinya dianggap kuno.Serba silau meski keberhasilan dengan ujug-ujug. Penyimpangan,apalagi kegagalan, harus ditutupi kemasan hingga ”pembalut” dengan berbagai alasan pembenar.
Sebetulnya sangat berbahaya karena mengaburkan kebenaran menjadi pembiaran yang bisa berujung kefatalan. Jaman berubah.Sekarang pungutan liar harus siap di- OTT.Tak lagi dibalut sebagai ”sumbangan suka rela tanpa tekanan/susu tante”.Pelakunya dipecat.Kalau dulu dikemas pakai istilah ”dipindahtugaskan” hingga tour of duty.
Pencurian uang masyarakat yang dikelola negara tak lagi ditutupi dengan istilah ”kesalahan prosedur” tapi korupsi . Dan siap-siap diproses KPK tanpa SP3.Perubahan ini bisa dimaknai bahwa kita mulai dibiasakan untuk tidak menutupi kegagalan.Ada pencegahan, mawas diri,sangsi hingga pembenahan.
Anak yang gagal kelas bukanlah aib, justru mengedukasi untuk berkaca sekaligus memperbaiki diri sejak dini. Perlu usaha lebih baik lagi. Sebaliknya yang berhasil perlu diketahui juga proses pencapaiannya. Kalau melalui asah tempa diri,ya bersyukur. Kegagalan adalah keberhasilan tertunda.
Purnomo Iman Santoso (EI)
Villa Aster II Blok G No 10
Srondol, Semarang

Tuesday, March 21, 2017

FENOMENA ANGSA HITAM

Harian Suara Merdeka tanggal 21 Maret 2017


Saat banjir terjadi ada yang mengambinghitamkan topan La Nina. Jatuhnya pesawat, kecelakaan KA, mengambing hitamkan human error.Kemacetan lalu lintas parah mengambinghitamkan keterbatasan ruas jalan. Kemarau panjang,kekeringan mengambinghitamkan topan El Nino, dan seterusnya. Kejadian berbeda-beda tapi ada satu kesamaan. ”Si Kambing Hitam” selalu dalam posisi tak bisa membela diri.

Tahun 2010 saya mendapat hadiah buku berjudul The Black Swan, tentang rahasia terjadinya peristiwa-peristiwa langka yang tak terduga; penulis Nassim Nicholas Taleb.
Buku ini buat saya kelewat ilmiah, jujurnya otak terlalu pas-pasan untuk memahami.Untunglah terbantu oleh prolog yang menguraikan sebelum benua Australia ditemukan, orang meyakini bahwa semua angsa berwarna putih. Sebuah keyakinan yang tak tergoyahkan karena bukti-bukti yang teramat sangat mendukung hal itu.Sampai akhirnya ketika orang pertama kalinya menyaksikan (ada) angsa berwarna hitam,terjadi kejutan bagi para peneliti unggas(ornitolog). Penemuan angsa hitam menggambarkan betapa sangat terbatasnya pembelajaran yang kita dapat dari pengamatan atau pengalaman serta betapa rapuh pengetahuan kita selama ini. Black Swan mempunyai ciri utama yaitu; langka, prediktabilitas rendah,berdampak dahsyat..*)
Selang tidak lama buku ini terbit (tahun 2007),benar terjadi Black Swan.Yaitu kejatuhan pasar saham dunia pada tahun 2008 akibat perekonomian Amerika Serikat terpukul oleh kenaikan kredit berisiko tinggi sektor perumahan(subprime mortgage). Diberitakan,sebuah perusahaan jasa keuangan papan atas di Amerika bahkan dunia,yang berdiri tahun 1850,berusia 158 tahun, bernama Lehman Brothers, bangkrut.

Keberhasilan FC Barcelona lolos ke perempat final Liga Champion rasanya layak dikategorikan fenomena Black Swan.Karena baru pernah terjadi sepanjang sejarah digelarnya Champion Cup.
FC Barcelona yang diprediksi tersisih (karena Leg 1 dijegal dengan kalah 4-0 dari kesebelasan sekelas Paris Saint Germain/PSG).Leg 2 menjungkirbalikkan prediksi, menang 6-1 dan akhirnya unggul dengan agregat 6-5.
Semua pengamatan,perdebatan,skeptis hingga penghakiman dengan pola kambing hitam ataupun analisa pembenaran, hasilnya (bakal) tidak terduga dengan adanya fenomena Angsa Hitam/ BlackSwan.
Logika Black Swan adalah yang tidak anda ketahui jauh lebih relevan dibanding yang anda ketahui. Memang, Tidak ada yang mustahil bila alam semesta berkehendak.

Purnomo Iman Santoso-EI
Villa AsterII Blok G No. 10
Srondol, Semarang 50268

Tuesday, February 21, 2017

CAMERA DARLING

Harian Suara Merdeka tanggal 21 Februari 2017

Istilah media darling, tak tahu definisi persisnya, hanya dalam pemahaman awam adalah sosok yang disukai media karena bisa jadi bahan berita yang dinilai menarik perhatian publik. Entah karena kebetulan, media darling banyak ditemukan pada sosok public figure.
Petinju legendaris Muhamad Ali dijuluki si Mulut Besar (tapi, prestasinya juga besar). Pernyataannya, aksinya dengan jurus rope a dope nya, hampir selalu diburu wartawan dan menghiasi headline berita media dunia,bahkan hingga akhir hayatnya. Jose Morinho manager Manchester United, mendapat julukan The Special One. Tak semua public figure layak dikategorikan sebagai media darling.
Lepas dari segala kontroversinya, kategori media darling lebih pas untuk sosok-sosok yang berprestasi jelas,tampil natural apa adanya,baik bahasa maupun sikapnya. Kalau diperhatikan, sosok di atas tak selalu penuh pujapuji, tapi kadang juga dicerca-”dimaki”.Namun,harus diakui bahwa capaian (positif)-nya tidaklah biasa. Di era IT, media tak lagi terbatas cetak. Ada media elektronik hingga media sosial lengkap dengan audio dan visual.
Penggunaan gadget, smartphone sudah sangat luas di masyarakat. Ini disadari oleh industri media.Dengan mengoptimalkan kamera, berusaha ”memproduksi” public figure antara lain melalui acara infotainment. Ada juga yang dengan kompetensinya ataupun pengaruhnya plus kemampuan olah tutur dan olah gesture yang terukur dan serba teratur menjadi nara sumber berbagai issue di media.
Melalui Youtube,Facebook dll, banyak awam yang ”proaktif” agar bisa terpromosi menjadi public figure. Mengupload aktivitasnya dengan harapan mendapatkan banyak followers . Muncullah sosok yang pasnya disebut camera darling ,dan biasanya juga eye catching. Media darling diburu wartawan karena erat dengan kinerja nyata luar biasa dan reputasi bagus teruji.
Camera darling seringkali masih harus diuji waktu apakah semua yang muncul di publik itu praktek yang telah memberi manfaat luas, atau berpotensi mengecoh masyarakat.Karena ternyata hanya teori,wacana sebagai kemasan, untuk bentuk opini sesaat atau demi popularitas.Media darling ”Ditangggung tidak luntur”, camera darling ”Luntur tidak ditanggung”.

Purnomo Iman Santoso-EI Villa Aster II Blok G No. 10 Srondol, Semarang