Monday, June 09, 2014

Dibutuhkan Presiden Yang Telah Terbukti

Harian Suara Merdeka tanggal 9 Juni 2014

Beberapa waktu lalu secara tak sengaja saya nonton acara berjudul ‘’Deal or No Deal’’ di salah satu televisi swasta. Peserta diminta oleh host untuk menebak koper yang isinya akan bisa diuangkan. Koper dibawa oleh wanita-wanita cantik dengan wajah penuh senyum ramah. Setelah peserta memilih, segera akan terjadi tawar menawar dengan Mr X dengan dipandu oleh host.
Tawaran-tawaran disampaikan, terjadilah negosiasi dengan tujuan agar nantinya mendapatkan hadiah terbesar. Kopernya semua berbentuk sama, juga para wanita yang membawa koper. Sama cantiknya, manis senyumnya, sama-sama menjanjikannya. Mohon maaf kalau keliru, peserta kelihatannya menjatuhkan pilihan lebih karena imingiming hingga “provokasi”, “intimidasi” dari host, juga “rayuan” senyuman gadis-gadis pembawa koper maupun opini dari penonton/ suporter peserta yang terkondisikan suasana sesaat. Emosional terasa lebih dominan.
Sekian tahun sebelumnya, ada acara kuis yang sangat menarik, karena ada unsur menambah wawasan dan pengetahuan  ......,,,,,.wants to be a millionaire’’. Acara ini mencoba menguji pengetahuan dan wawasan peserta. Pertanyaan bersifat Iuas. Dari pengetahuan umum tentang musik, tokoh sejarah, ilmuwan, olahraga, seni, dan lainnya. Bila ragu atau tidak tahu jawaban, host menyediakan bantuan tanya ke penonton, tanya kepada teman ataupun bisa dengan pilihan bantuan terakhir yang bersifat untung-untungan.
Salah satu episode yang sangat mengesankan adalah ketika hadiah tertinggi sebesar Rp 500 juta berhasil diraih. Peserta yang istimewa ini, (mohon koreksi kalau keliru), pekerjaannya adalah loper koran. Wawasan dan pengetahuan umum dia sangat luar biasa, karena ternyata punya hobi baca dan selalu membaca lebih dulu koran/majalah sebelum diantarkan ke pelanggan. Berlangsung bertahun-tahun, akhirnya tabungan ilmu pengetahuannya terus bertambah dari waktu ke waktu.
Berbeda dari Deal or No Deal yang berkesan spekulasi dan emosional, di kuis Who wants to be a millionaire peserta punya rekam jejak yang relevan dengan raihannya. Kalaupun kemudian berspekulasi (fifty fifty), itu hanyalah sebagai salah satu alat bantu, bahkan seringkali digunakan hanya sebagai alternatif terakhir, bila alat bantuan lain sudah digunakan. Jauh dari emosional. Rekam jejak peraih hadiah tertinggi justru bukan elite yang mencapai jenjang-jenjang prestasi di institusi formal. Yang bersangkutan hanya orang biasa yang berkarya terbaik menjalani aktifitas yang dilakoni dengan kesadaran bahwa itu semua adalah berkatnya. Serba dinikmati, melayani secara ikhlas untuk mewujudkan cita-cita tertingginya, yang jauh dari angkara ambisi.
Wawasan luasnya diperoteh dengan menempuh pendidikan di ‘’universitas kehidupan’’ yang tanpa gelar. Dan tak disadari itu semua telah menjadi investasi bernilai tinggi dan benar-benar kategori “blue chips”, tanpa perlu digoreng-goreng. Semua adalah buah dari proses yang sepenuh hati, kewajaran dan kejujuran. Ketekunannya berbuah manis, berupa investasi bernilai fantastis yang tak bisa.....,,,,,, dipetik hasilnya saat “bertransaksi” di “lantai bursa” bernama program who wants to be a millionaire.
Hari-hari ini bangsa Indonesia sedang dalam perjalanan menuju pemilihan presiden 2014-2019. Semua calon memaparkan visi-misi, yang pasti sama-sama super bagus. Calon-calon merupakan sosok yang sudah dikenal masyarakat Iuas. Sebagai pemilih, warga harus bisa menentukan pilihan secara pas di tengah serbuan informasi tentang sosok calon.
Tak bermaksud menganalogikan pemilihan presiden dengan pemilihan koper ala Deal or No Deal yang berspirit who wants to be millionare. Tapi, ada baiknya nurani dan akal sehat lebih diutamakan. Siapa pun yang akan dipilih haruslah sosok-sosok yang telah terbukti (dan akan terus) menggunakan sebanyak-banyaknya waktu yang dipinjamkan oleh Sang Pemilik untuk melakukan investasi yang bermanfaat dan dirasakan sarat spirit melayani kepentingan orang banyak dalam arti seluas-luasnya di negara yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika ini. Terlintas ungkapan orang-orang pintar bahwa Indonesia butuh ‘’leader’’ bukan ‘’dealer’’.
Purnomo Iman Santoso-El
Villa AsterII Blok G No 10
Srondol, Semarang 50268



NOTE:NASKAH ASLI
Ada  kalimat terpotong (saya beri tanda ...,,,,, )pada tulisan diatas.Tetap menghormati editing dari editor  Harian Suara Merdeka,namun agar pesan /kalimat dapat tersampaikan seutuhnya,saya memandang perlu untuk melampirkan naskah asli dibawah ini.



Berapa waktu lalu ,secara tak sengaja,nonton acara berjudul Deal or No Deal di salah satu teve swasta.Peserta diminta oleh host untuk menebak koper yang isinya akan bisa di uangkan.Koper dibawa oleh wanita-wanita cantik dengan wajah penuh senyum ramah. Setelah peserta memilih, segera akan terjadi tawar menawar dengan Mr X dengan dipandu oleh host .Tawaran-tawaran disampaikan, terjadilah negosiasi dengan tujuan agar nantinya mendapatkan hadiah terbesar. Kopernya semua berbentuk sama,juga para wanita yang membawa koper juga semua sama .Sama cantiknya ,sama-sama manis senyumnya,sama-sama menjanjikannya.Mohon maaf kalau keliru,peserta kelihatannya menjatuhkan pilihan lebih karena iming-iming hingga “provokasi”,”intimidasi” dari host,juga “rayuan” senyuman gadis-gadis pembawa koper ,maupun opini dari penonton/supporter peserta yang terkondisikan suasana sesaat.Emosional terasa lebih dominan.
Sekian tahun sebelumnya,ada acara kuis yang sangat menarik,karena ada unsur menambah wawasan dan pengetahuan untuk pemirsa.Acaranya bernama  Who wants to be a millionaire.Acara ini mencoba menguji pengetahuan dan wawasan peserta.Pertanyaan bersifat luas.Dari pengetahuan umum ,tentang music,tokoh sejarah, ilmuwan,olahraga,seni dll . Bila ragu atau tidak tahu jawaban, host  menyediakan bantuan .Bisa ask to the audience/ tanya ke penonton,phone a friend /tanya kepada teman ,ataupun bisa dengan pilihan bantuan terakhir yang bersifat untung-untungan/fifty-fifty.Salah satu episode yang sangat mengesankan adalah ketika  hadiah tertinggi sebesar Rp. 500 juta berhasil diraih.Peserta yang istimewa ini , (mohon koreksi kalau keliru),profesinya adalah loper Koran.Wawasan dan pengetahuan umum ybs sangat luar biasa,karena ternyata punya hobby baca dan selalu membaca lebih dulu Koran-majalah sebelum diantarkan ke pelanggannya.Berlangsung bertahun-tahun,akhirnya tabungan ilmu pengetahuannya terus bertambah dari waktu ke waktu.
Berbeda dengan Deal or No Deal yang berkesan spekulasi dan emosional,di Kuis Who wants to be a millionaire  peserta punya rekam jejak yang relevan dengan raihannya.Kalaupun kemudian berspekulasi (fifty-fifty) itu hanyalah sebagai salah satu alat bantu ,bahkan seringkali digunakan hanya sebagai alternative terakhir,bila alat bantuan ask to the audience dan phone a friend sudah  digunakan . Jauh dari emosional.Rekam jejak peraih hadiah tertinggi justru bukan elite yang mencapai jenjang-jenjang prestasi di institusi formal.Ybs hanyalah orang biasa yang berkarya terbaik ,menjalani aktifitas yang dilakonkan dengan kesadaran bahwa itu semua adalah berkatnya.Serba dinikmati , melayani secara ikhlas untuk mewujudkan cita-cita tertingginya,yang jauh dari angkara ambisi. Wawasan luasnya, diperoleh dengan menempuh pendidikan di Universitas Kehidupan yang tanpa gelar. Dan tak disadari itu semua telah menjadi Investasi bernilai tinggi dan benar-benar kategori “Blue Chips”, tanpa perlu digoreng-goreng. Karena semua adalah buah dari proses yang  sepenuh hati, kewajaran dan kejujuran . Ketekunannya berbuah manis,berupa investasi bernilai fantastis yang tak bisa disuspen .Dipetik hasilnya saat “bertransaksi” di”lantai bursa” bernama program Who wants to be a millionaire.
Hari-hari ini bangsa Indonesia sedang dalam perjalanan menuju pemilihan Presiden 2014-2019.Semua calon memaparkan visi-misi,yang pasti sama-sama super bagus.Calon-calon  merupakan sosok yang sudah dikenal masyarakat luas.Sebagai pemilih,warga harus bisa menentukan pilihan secara pas ditengah serbuan informasi tentang sosok calon.
Tak bermaksud menganalogikan pemilihan presiden dengan pemilihan koper ala Deal or No Deal yang berspirit Who wants to be Billionare .Tapi, ada baiknya nurani dan  akal sehat lebih diutamakan. Siapapun yang akan dipilih haruslah sosok-sosok yang telah terbukti (dan akan terus) menggunakan sebanyak-banyaknya waktu yang dipinjamkan oleh sang Pemilik  untuk melakukan investasi yang bermanfaat dan dirasakan sarat spirit melayani kepentingan orang banyak dalam arti seluas-luasnya ,di negara yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika ini.
Terlintas ungkapan orang-orang pintar bahwa Indonesia butuh LEADER bukan Dealer.Akurrrrr…!

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home