Miskin Tak Sama Dengan Malas
Disatu sisi penyaluran dana kompensasi BBM memang berkesan populer.Disisi lain penerimanya bukan orang yang suka bermalas-malasan apalagi minta di belas kasihani.Lihat pemulung yang dekat dengan kaum miskin.Tua-muda, pria-wanita, gigih dari pagi hingga sore,berkarya demi sesuap nasi. Saya pernah lihat acara reality show dimana seorang pengemudi becak dengan ikhlas berikan uang penghasilannya pada seorang anak yang (pura-pura) minta bantuan beli buku. Kemalasan,minta belas kasihan tidak identik(milik)warga miskin.Banyak justru dari mereka yang berkelimpahan materi.Berdasi-tak berkarya tapi mau hidup enak. Bersafari,tak segan korupsi.Sok akademisi,beli gelar tanpa mau giat studi.Punya modal untuk semir rambut,tatto,beli miras,hanya jadi pemalak.
Dana kompensasi BBM lebih pas bila birokrasi(yang tugasnya melayani) salurkan untuk sembako murah/bersubsidi,pendidikan dan kesehatan gratis yang tepat sasaran untuk warga miskin.Dengan sehat terdidik, wawasan makin terbuka lebar dan paradigma semakin maju.
Ini akan jadi investasi di bidang SDM yang luar biasa.Bangsa yang sehat dan cerdas adalah senjata paling ampuh dan proses paling tepat untuk berantas kemiskinan.Hanya memberi uang tunai,terlalu instan. Kalau “serangan fajar”,sepertinya terlalu dini.
Semoga bukan tradisi money politics,budaya suap-menyuap yang melandasi pemikiran ini . Yang pasti Miskin tak berarti Malas.Jangan kaget kalau penyaluran dana kompensasi kembali meleset.
Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home