Lupakan Masa Lalu
“Lupakan Masa Lalu . Kita songsong masa depan yang lebih cerah”
Kalimat ini terdengar bijaksana. Diucapkan saat mengakhiri tragedi,konflik dengan suatu kompromi. Tidak jarang dipakai sebagai dalih yang penuh semangat popularitas dan monopoli wacana untuk “membungkam” pihakkorban yang menuntut keadilan.Kecuali peristiwa (film) G.30.S/PKI versi rezim terdahulu,harus selalu diingat. Peristiwa G.30.S sendiri dengan korban jutaan rakyat,konon banyak yang tidak tahu apa-apa seperti kisah Srintil ronggeng Dukuh Paruk yang diperlakukan sesuka hati para “penguasa” seperti Darman si danramil Dawuan.
Untuk tragedy yang lain,bangsa ini harus lupa. Peristiwa Tanjung priok,Kasus 27 Juli 1996,Orang hilang, merupakan Aneka Tragedy yang memalukan.Belum lagi kerusuhan Ambon hingga Poso. Penuntasan hanya sebatas menghukum kompi brimob , tim mawar kopasus atau memecat tidak hormat Perwira Tinggi. Polycarpus disidang sebagai tersangka pembunuh Munir, mungkin segera dihukum berat.Semua berdasar versi dan pesan sponsor yang dipersepsikan ke publik sebagai bentuk pertanggung jawaban.Keingintahuan publik tentang kejadian sesungguhnya disandera dengan kata2 “Lupakan…”.
Menurut versi yang ada, sudah tuntas. Namun nurani bangsa ini sulit memahami apalagi melupakan. Timbul pertanyaan, haruskan rahasia negara jadi bunker untuk pelaku perbuatan yang mengusik rasa keadilan khalayak, sembunyi secara tentram dan nyaman?
Kata bijak menjadi terasa semakin bijak bila diucapkan orang yang pernah alami ketidakadilan, dihukum bertahun-tahun sampai akhirnya bebas.Berhasil dipilih rakyatnya.Kata-katanya terasa jauh lebih dalam maknanya dan sangat menyentuh.
Hanya kebenaranlah yang bisa hapus masa lalu (Nelson Mandela)
Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
-------------------------------------
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home