Film Dokumenter
Film “Pengkhianatan G30S/PKI” dibuat dengan biaya besar ,bagai film kolosal yang pernah ada di Indonesia.Film ini dulu selalu dipenuhi penonton sebab siswa sekolah wajib menonton dengan tiket diskon.
Riri Reza-Mira Lesmana mengangkat ke layar lebar,“Gie”.Salut pada mereka sebab kisah Soe Hok Gie yang terpanggil menjadi demonstran karena kepedulian pada bangsanya meninggal diusia muda secara bersahaja.
Dengan latar belakang Soe Hok Gie ini,sutradara dan penyandang dana hanya ingin menyuguhkan sisi lain untuk lengkapi sejarah riil bangsa.
Bangsa dan generasi muda perlu kisah perjalanan bangsa yang riil,tanpa manipulasi,untuk bahan instropeksi agar kedepan menjadi lebih baik.
Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia
Aslinya sbb :
Kepada yth,
Redaksi Harian “KOMPAS”
Jl.Mentri Sumpeno No.30
S E M A R A N G
Film Dokumenter
Film “Pengkhianatan G30S/PKI” dibuat dengan biaya besar ,bagai film kolosal karya akbar sutradara Indonesia yang pernah ada.Dulu,film ini selalu penuh penonton.Diantaranya karena siswa sekolah wajib tonton dengan karcis discount.
Riri Reza-Mira Lesmana mengangkat ke layar lebar “Gie” .Ada rasa salut kepada sutradara ini.Mengangkat kisah Soe Hok Gie yang terpanggil menjadi demonstran/aktivis mahasiswa karena kepedulian pada bangsanya. Meninggal diusia muda secara bersahaja. Bukan aktivis yang jadi menteri ataupun tokoh di birokrasi yang akan enteng rogoh kocek demi biografi untuk sanjung diri dan dengan mudah beri konsesi yang diingini sang sutradara.Dengan latar belakang Soe Hok Gie seperti ini , sepertinya sutradara dan penyandang dana hanya ingin suguhkan sisi lain untuk lengkapi sejarah riil bangsa.Bahwa dikemas secara komersial ,itu Sah-sah saja.
Salut atas semangat,idealisme dan niat sutradara,murni berkreasi secara professional dengan tetap jaga reputasi.Tapi,tidak mudah cari orang2 seperti ini. Belum lagi penyandang dana yang idealismenya sama dengan sutradara. Dana sering menjadi tembok penghalang wujudkan idealisme karena bisa pertaruhkan Integritas, membius sutradara untuk berkisah meliuk-liuk karena pesan sponsor dan kepentingan sempit.
Bangsa dan generasi muda perlu kisah perjalanan bangsa yang riil,tanpa manipulasi sejarah, untuk bahan instropeksi agar kedepan menjadi lebih baik. Sebagai jalan keluar ,bagaimana kalau kebutuhan ini dipenuhi dari film dokumentasi nyata hasil shooting TV swasta domestik ,diputar di stasiun2 TV setiap tanggal terjadinya seperti dicontohkan di film G/30/S dulu. Bedanya ini film dokumenter.Untuk editing agar sesuai standar etika dan estetika sinema, bisa libatkan sutradara professional bereputasi bagus. Peristiwa Tanjung Priok, 27 juli 1996,Kasus orang hilang,Tragedy Mei,Trisakti,Semanggi,Munir dll bisa ingatkan bangsa ini untuk selalu mawas diri,tidak terulang dan bekal melangkah maju wujudkan cita2.Effisien,effektif, tetap utuh,tak ada lagi kambing hitam.
Semarang , 02-10-2005
(Purnomo Iman Santoso)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home