Issue Pembauran,masihkah relevan?
Harian “SUARA MERDEKA” 28 November 2004
Membaca artikel SBKRI & Pembauran Tionghoa oleh Binarto Gani di Suara Merdeka beberapa waktu yang lalu banyak hal baru yang didapat masayarakat .Hanya saja masalah Pembauran ini rasanya perlu diluruskan lagi.Pembauran, kata yang mujarab dipakai orba untuk mendiskriminasi warga tionghoa agar makin terkotak dan memperkuat kesan eksklusive.Saya berharap pemerintah segera meluruskan. Tidak bermaksud menonjolkan peran mereka , namun agar generasi muda –termasuk etnik tionghoa sendiri ,tidak teracuni issue yang memposisikan mereka seolah menjadi warga asing dibumi Indonesia yang tidak tahu diri. Kenyataannya mereka sering dilupakan ,ditutupi bahkan dikaburkan untuk suatu kepentingan politik.Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya , apapun latar belakangnya.Kalau pelajaran sejarah itu proporsional tentunya kita tidak boleh menghapus peran tokoh2 tionghoa saat Soempah Pemoeda seperti Sie Kong Liong,Kwee Tiong Hong , saat lahirnya negara RI a.l Drs Yap Tjwan Bing ,Tan Eng Hoa dll , di Angkatan Laut ada Laksamana Jhon Lie.Di bidang Olah Raga ada Tan Liong Hauw , The San Liong dan banyak lagi.Di Agama Islam kita kenal Raden Patah dan para Sunan ternyata banyak yang keturunan ini.Ini menunjukkan apa ? Pembauran itu sudah terjadi otomatis ,manusiawi , alami dan normal2 saja.Justru belanda waktu itu yang coba memisahkan kebersamaan ini dengan buat peraturan2 diskriminatif rasialis agar persatuan warga yang sudah terjalin baik itu jangan berlanjut karena khawatir akan mengancam kekuasaannya.Ironisnya ,setelah Indonesia merdeka bukannya dihapuskan tetapi malah dikembangkan dengan berbagai aturan,ditambah aneka opini dan monopoli interpretasi yang memojokkan etnik mereka.Bahkan pemerintah pun tak segan mengingkari sejarah ,mencabut etnik tionghoa dari bhineka tunggal ika dengan mengeluarkan -SE No SE-06/Pres-Kab/6/1967 Kabinet presidium.Kesimpulannya, pembauran sudah tidak relevan lagi jadi issue karena bertentangan dengan upaya pencerdasan bangsa.Unuk itu harus ada kemauan dan tekad kuat dari pemerintah menghapus issue pembauran dan aturan diskriminatif agar nation building bisa lebih kokoh.Kalau mau jujur dan berpikir jernih ,apa ada penduduk asli? Gus Dur-mantan presiden RI saja termasuk generasi keturunan tionghoa ke sekian.Bukanlah ini bukti bahwa pembauran sudah sejak jaman dulu jauh sebelum para “pencetus” ide pembauran lahir.
*)isinya melarang istilah Tionghoa yang sesungguhnya bersifat etnis , menjadi “cina”.Tionghoa tidak diakui sebagai salah satu suku di Indonesia tetapi lebih sebagai orang asing.
Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II G No. 10
Srondol,Semarang
------------------------
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home