Kembali ke Idealisme
“Jangan terlalu idealis”, “kok idealis banget sih” demikian komentar miring untuk sikap yang dinilai lurus,jujur ataupun positif.Setelah berhasil memupus idealisme,giliran lahir perilaku sok idealis lengkap dengan jurus populis.Segeralah jadi idola, dipuja bak pahlawan baru.
Idealisme tumbuh subur dan menjadi cita-cita para tokoh,pejuang kemerdekaan.Ironisnya setelah merdeka para tokoh yang mengaku mengisi kemerdekaan merespons idealisme sebagai hal yang dianggap melawan arus.Muncullah arus baru yang lebih popular walau semakin menjauh dari cita-cita ideal pendiri Negara.
Idealisme sifatnya menganut ide-ide yang ideal,tentunya sarat dengan pemikiran-pemikiran yang bagus.Semestinya harus ditumbuh suburkan. Dalam perjalanannya kita harus ujudkan atau minimal,kalaupun belum bisa 100%,harus sedekat mungkin dengan idealisme para pendirinya.
Yang membedakan organisasi maupun bahkan Negara yang maju dan yang terpuruk adalah pada upaya komponennya untuk mewujudkan idealisme.Semakin dekat dengan idealisme semakin kokoh suatu organisasi,sebaliknya semakin keropos bila menjauhinya.Kenapa demikian ? Idealisme merupakan kompas.Mengabaikannya akan membuat suatu organisasi kehilangan kepekaan terhadap arah atau sense of direction.Ini akan segera diikuti dengan kehilangan sense yang lain seperti sense of crisis ,sense of belonging.Kalau sudah begini krisis multdimensipun menyambangi dan enggan pergi.Sekarang saatnya menghargai dan kembali ke idealisme .Berkaryalah untuk ujudkan idealisme.Bila ini disadari ,Negara Indonesia yang Jaya dan Rakyat Adil,Makmur dan Sejahtera akan terwujud dengan segera.Jangan anggap tabu idealisme.
Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home