Tidak Hanya Untuk Ijazah
“Bangun tidur kuterus mandi,tidak lupa menggosok gigi…….”
Ada Spirit mendidik anak untuk sehat,tanggap,paham kebersihan, praktek sejak dini.
Namun,lagu ini sekarang terasa kuno.Betapa tidak,kita lihat anak-anak sekarang,begitu bangun tidur langsung nonton TV,mandi nanti dulu.
Sang Ibu yang kemudian sibuk mempersiapkan kebutuhan anak yang mau sekolah,mulai dari mempersiapkan handuk mandi,makan pagi,membereskan pakaian kotor si anak hingga menyiapkan dan ingatkan pelajaran sekolah.
Setelah anak pulang sekolah,ibu(bertugas)menyuruh sang anak makan,tidur dan mengerjakan PR.Membantu orang tua,menyapu,membersihkan kamar mandi,menjadi pekerjaan melelahkan dan kotor,pantang dilakukan sang anak,tapi pembantu saja.Bagaimana si anak?Perhatiannya dibiarkan tumpah di TV.
Pendidikan tak identik dengan ijasah semata,dan tidaklah harus hanya di sekolah.Kegiatan di rumah,yang tak ada ijasahnya,juga bagian dari pendidikan. Setumpuk Ijasah,sekalipun made in luar negri,tak berarti apa-apa kalau sekedar kumpulan nilai,tapi pemiliknya seperti robot yang hanya bisa beraktifitas kalau diperintah.Tanpa inisiatif apalagi kreativitas.
Mulai terdengar selentingan,kualitas lulusan luar negeri juga diragukan. Bahkan tenaga kerja asing di Indonesia pun belum tentu lebih trampil.
Pendidikan bukan untuk membuat anak pintar.Karena asal bersekolah di sekolah umum,pasti anak tersebut pintar karena secara Intelegensi normal.Kalau bodoh atau secara intelegensi dibawah normal, ada sekolah khusus(SLB).Baik anak pintar maupun bodoh,dididik bukan untuk tambah pintar tetapi agar ujudkan motto Cerdas-Takwa-Trampil yang mungkin istilah lain dari kompeten.
(Purnomo Iman Santoso)
Villa Aster II Blok G No.10
Srondol,Semarang.50268
Warga Epistoholik Indonesia