Tuesday, December 12, 2006

Tidak Hanya Untuk Ijazah

Harian Kompas edisi Jawa Tengah,tanggal 11 Desember 2006

“Bangun tidur kuterus mandi,tidak lupa menggosok gigi…….”
Ada Spirit mendidik anak untuk sehat,tanggap,paham kebersihan, praktek sejak dini.
Namun,lagu ini sekarang terasa kuno.Betapa tidak,kita lihat anak-anak sekarang,begitu bangun tidur langsung nonton TV,mandi nanti dulu.
Sang Ibu yang kemudian sibuk mempersiapkan kebutuhan anak yang mau sekolah,mulai dari mempersiapkan handuk mandi,makan pagi,membereskan pakaian kotor si anak hingga menyiapkan dan ingatkan pelajaran sekolah.
Setelah anak pulang sekolah,ibu(bertugas)menyuruh sang anak makan,tidur dan mengerjakan PR.Membantu orang tua,menyapu,membersihkan kamar mandi,menjadi pekerjaan melelahkan dan kotor,pantang dilakukan sang anak,tapi pembantu saja.Bagaimana si anak?Perhatiannya dibiarkan tumpah di TV.

Pendidikan tak identik dengan ijasah semata,dan tidaklah harus hanya di sekolah.Kegiatan di rumah,yang tak ada ijasahnya,juga bagian dari pendidikan. Setumpuk Ijasah,sekalipun made in luar negri,tak berarti apa-apa kalau sekedar kumpulan nilai,tapi pemiliknya seperti robot yang hanya bisa beraktifitas kalau diperintah.Tanpa inisiatif apalagi kreativitas.
Mulai terdengar selentingan,kualitas lulusan luar negeri juga diragukan. Bahkan tenaga kerja asing di Indonesia pun belum tentu lebih trampil.

Pendidikan bukan untuk membuat anak pintar.Karena asal bersekolah di sekolah umum,pasti anak tersebut pintar karena secara Intelegensi normal.Kalau bodoh atau secara intelegensi dibawah normal, ada sekolah khusus(SLB).Baik anak pintar maupun bodoh,dididik bukan untuk tambah pintar tetapi agar ujudkan motto Cerdas-Takwa-Trampil yang mungkin istilah lain dari kompeten.

(Purnomo Iman Santoso)
Villa Aster II Blok G No.10
Srondol,Semarang.50268
Warga Epistoholik Indonesia

Sunday, December 03, 2006

Wiraswastawan Biang Kenaikan Harga?


Harian “SUARA MERDEKA” tanggal 3 Desember 2006

Wiraswastawan dan Pedagang sering dianggap biang kenaikan harga dan diopinikan sebagai kumpulan orang yang tak peduli.Konon prinsipnya “beli se-murah2nya dan jual se-mahal2nya,untuk dapat untung se-besar2nya”.Kaum ini dicibir tidak punya hati,asosial bahkan kikir sehingga bukan menjadi profesi yang layak ditekuni.Benarkah demikian?Secara jernih mari kita renungkan,mungkinkah “prinsip” diatas diterapkan dan berapa lama bisa bertahan.Sebab hal itu hanya bisa dilakukan bila memiliki monopoli.Pelaku usaha seperti ini biasanya takkan berumur panjang karena merasa “nyaman” terproteksi dan memungkinkan sewenang-wenang serta sesuka hati.
Dunia Wiraswasta dan berdagang punya filosofi universal. Orang Tionghoa bilang Ceng Lie(adil)-Liangsim(nurani),Orang bule pakai istilah fair dan win-win solution. Orang Banyumas memakai ungkapan Tuna Sathak,Bathi Sanak (tak apa rugi uang,asal untung relasi).
Dengan Filosofi ini jelas tidak setiap saat bisa ambil untung,apalagi selalu besar-besaran.Ada fungsi sosial.Bahkan untuk tujuan jaga relasi,sangat mungkin malah merugi.Mereka mengedepankan pelayanan demi kepuasan pelanggan.Gampang untuk melihat pedagang–wiraswastawan yang terapkan filosofi ini.
Dia akan terus bertahan sampai beralih generasi,eksis diberbagai jaman dan terus berkembang tanpa tergantung tokoh politik.Jamu Jago, AJB Bumi Putra,Djiesamsoe, Kecap Bango,Jamu Ny Meneer bahkan usianya lebih tua dari republik ini. Eksistensinya bukan karena etnik,ras,modal,backing,golongan ataupun embel2 agama tertentu.
Tetapi karena filosofi tersebut dihayati, diterapkan konsisten sepenuh hati dalam segala situasi,baik laris maupun sepi.
Sebaliknya yang abaikan filosofi,walau usaha langsung menggurita karena ditunjang fasilitas,tetap saja mudah tumbang.Begitu tidak ada koneksi,segera habis tanpa tunggu suksesi. Benar, bisnis memang kejam. Ungkapan ini berlaku untuk yang mengabaikan filosofi. Semoga bisa meluruskan opini miring yang sering menjadikan mereka sasaran kambing hitam.Agar bangsa ini tangguh,justru dibutuhkan banyak wiraswastawan/ pedagang tulen,bukan berfasilitas.

Note:Ajb bumiputera 1912,Djisamsoe th 1913,Jamu Jago,Kecap Bango th 1918

(Purnomo Iman Santoso)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268