Thursday, January 23, 2014

Pelemahan Rupiah

Harian Suara Merdeka tanggal 23 Januari 2014


Tanggal 7 Januari 2014, petang hari ditampilan kurs dolar AS terhadap rupiah/IDR di salah satu bank asing, menunjukkan buy Rp 12.090, sell Rp 12.390. Setelah menembus Rp 12.000, sejak 5 September 2013.
Menelusuri sejarah rupiah, kita tidak bisa mengabaikan Oeang Republik Indonesia (ORI) yang berlaku sejak 23 Oktober 1946. ORI menggantikan rupiah Jepang yang berlaku sebagai mata uang di awal Kemerdekaan Negara RI. Di bawah ini sekilas tentang perjalanan rupiah.
Penyesuaian nilai rupiah masa awal kemerdekaan tahun 1946,
6 Maret 1946, Rp 1 Jepang = 3 sen uang NICA yang saat itu dinyatakan sebagai pengganti uang Jepang di daerah yang diduduki sekutu.
23 Oktober 1946, Rp 100 uang Jepang = Rp 1 ORI, berlaku di luar Jawa dan Madura, Rp 50 uang Jepang = Rp 1 ORI, berlaku di Jawa dan Madura.

Penyesuaian nilai rupiah masa orde lama,
19 Maret 1950, sanering pertama (dikenal dengan Gunting Syafrudin).
Tujuan menutup defisit anggaran belanja negara. Diadakan pengguntingan semua uang kertas Javasche Bank dan uang NICA pecahan Rp 5 ke atas digunting. Tujuan menutup defisit anggaran belanja negara.
Diadakan pengguntingan dari semua uang kertas, terkecuali Muntbiljetten dari Rp 1 dan Rp 2,5. Bagian kiri berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula sampai 9/8/50 jam 18.00. Sebelah guntingan yang tidak berlaku lagi ditukarkan dengan surat obligasi pemerintah, yaitu obligasi pinjaman darurat 1950 (yang akan dibayar 40 tahun kemudian) dengan bunga 3% per tahun. Sedangkan sebagian simpanan masyarakat dialihkan ke rekening pendaftaran pinjaman negara dengan bunga juga 3% per tahun.

Pada 25 Agustus 1959, sanering kedua.
Tujuan membendung inflasi tinggi.
Uang pecahan Rp 1.000 turun nilai menjadi Rp 100,
Rp 500 turun nilai menjadi Rp 50.
1 dolar AS = Rp 11,4 menjadi 1 dolar AS = Rp 45,
simpanan di bank > Rp 25.000 dibekukan..

 13 Des 1965 sanering ketiga.
Tujuan mengatasi makin tingginya inflasi.
Uang pecahan Rp 1.000 menjadi Rp 1.
Sanering adalah kebijaksanaan moneter untuk menyesuaikan daya beli mata uang dengan pemotongan uang dalam pengertian nilai nominalnya maupun bisa juga fisik uangnya. Memasuki orde baru pemerintah mengadakan pembenahan di segala bidang, termasuk bidang ekonomi dan moneter, antara lain dengan mengeluarkan undang-undang berkaitan dengan bidang ekonomi dan moneter. Undang-Undang Pokok Bank Indonesia Tahun 1953 digantikan dengan Undang-Undang Bank Sentral No 13 Tahun 1968. Sistem moneter Indonesia diatur oleh Bank Indonesia yang menurut Undang-Undang Bank Sentral No 13 Tahun 1968 dinamakan Dewan Moneter.

Perkembangan kurs rupiah pada masa orde baru,
Februari 1966 s/d Juli 1971,
sistem moneter yang dianut adalah fixed rate,nilai mata uang rupiah 1 dolar AS = Rp 378.

Pada 23 agustus 1971 devaluasi I 
 sistem moneter yang dianut adalah fixed rate,1 dolar AS = Rp 378 menjadi 1 dolar AS = Rp 415.

Pada 15 November 1978 devaluasi II.
Sistem moneter yang dianut adalah managed floating rate,
1 dolar AS = Rp 415 menjadi 1 dolar AS = Rp 625.
Devaluasi dilakukan karena struktur APBN yang besar ketergantungannya pada penerimaan dalam valuta asing, adanya inflasi tinggi dan defisit transaksi berjalan karena konsumsi lebih besar dari produksi. Kenop 78 (istilah devaluasi 15 November 1978) dinilai berhasil, ada peningkatan mencolok dari ekspor nonmigas. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi dunia yang membaik, dan karena ekspor barang pabrikan dimulai dari dasar terendah.

Pada 30 Maret 1983 devaluasi III.
Sistem moneter yang dianut adalah managed floating rate
1 dolar AS = Rp 625 menjadi 1 dolar AS = Rp 970.
Devaluasi tahun 1983 dinilai tidak membawa pengaruh berarti terhadap ekspor nonmigas.

 Tanggal 12 September 1986 devaluasi IV.
Sistem moneter yang dianut adalah managed floating rate
1 dolar AS = Rp 970 menjadi 1 dolar AS = Rp 1.644.
Devaluasi kali ini dilakukan karena merosotnya harga minyak dunia. APBN dihitung berdasarkan harga minyak dunia 25 dolar AS/barrel, tetapi ternyata harga minyak merosot menjadi 11 dolar AS/barrel.

Pada 14 Agustus 1997 sampai sekarang 
sistem moneter yang dianut adalah floating rateflexible rate.
1 dolar AS terhadap rupiah dibiarkan fleksibel, ditentukan sendiri oleh kekuatan pasar.
BI melihat frekuensi intervensi yang semakin meningkat dinilai tidak lagi efektif mengendalikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, akhirnya BI melepas kurs intervensi.
Satu dolar AS = Rp 16.500, rekor tertinggi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang Indonesia merdeka.
Di bawah ini kronologi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS 30/6/1997 - 27/1/1998.
30 Juni 1997 kurs 1 dolar AS = Rp 2.431,
6 Oktober 1997 kurs 1 dolar AS = Rp 3.785,
15 Desember 1997 kurs 1 dolar AS = Rp 5.750,
8 Januari 1998 kurs 1 dolar AS = Rp 10.000.
Pada 26 Januari 1998 kurs 1dolar AS = Rp 16.500,
27 Januari 1998 ( pagi hari)kurs 1 dolar AS = Rp 14.000,
27 Januari 1998 (penutupan)kurs 1 dolar AS = Rp 10.000.

Pada masa reformasi juga ada ”penyesuaian nilai rupiah”.
9 Maret 2012 media menayangkan pernyataan seorang petinggi partai berkuasa, ”kalau ada Rp 1 saja korupsi Hambalang, gantung di Monas.”

Siang, 7 Januari 2014 pada media, setelah sidang pertama kasus suap SKK Migas, tersangka dengan pilu menegaskan: "Tidak Rp 1 pun uang suap dinikmati keluarga".

Pernyataan tersebut benar adanya. Dalam jumpa pers KPK terkait tertangkap tangannya seseorang, ditayangkan penyuapan sering tak lagi menggunakan rupiah. Barang bukti seringkali berupa uang kertas asing.Dolar AS dan Singapura tampaknya lebih disukai. Bisa jadi karena pelaku memang profesional, sehingga berstandar dolar.
Mungkin para pelaku sudah memperhitungkan agar mendapat rupiah lebih banyak dari hasil ”transaksi”-nya. Berpikirnya seperti eksportir, sayang yang ditransaksikan justru berakibat sakitnya perekonomian nasional. Masyarakat harus menanggung biaya tinggi dan melemahkan produk domestik untuk berkompetisi kendati di negeri sendiri. Inilah yang membuat rupiah semakin merosot.

Purnomo Iman Santoso Villa Aster II Blok G No 10 Srondol, Semarang 50268

Saturday, January 04, 2014

Keikhlasan Berseberangan dengan Keserakahan

Harian Suara Merdeka tanggal 3 Januari 2014

Ada rasa bangga luar biasa menyaksikan Tim Merah Putih mengharumkan nama bangsa Indonesia. PSSI U 19 juara pada laga final Piala AFF 2013. Menundukkan Vietnam melalui 2 kali perpanjangan dan adu penalti. PSSI U 19 taklukkan juara Asia 12 kali, Korea Selatan 3-2 dan lolos ke final piala Asia di Myanmar tahun 2014.
Chris John, sebelum gantung sarung tinju dan mengalami kekalahan pertama, telah 18 kali mempertahankan gelar juara dunia kelas bulu WBA. Dia bertarung berdarah-darah di berbagai arena tinju manca negara. Angelique ”Angie” Widjaja menjuarai tunggal putri Wimbledon 2001 kelompok junior, berlanjut dengan juara Perancis Terbuka Junior 2002.
Deddy Corbuzier meraih piala Merlin sebagai the winner of international best mentalist of the year 2010 dari International Magical Society yang membuat sejajar dengan David Copperfield. Eko Yuli Irawan berhasil meraih medali emas di kejuaraan dunia angkat besi 2009 di Goyang, Korea. Farid Firman Syah menjadi juara dunia catur pelajar kelompok usia 15 tahun 2007 di Halkidiki, Yunani.
Aluna Sagita Gutawa (Gita Gutawa) menjuarai International Nile Children Song Festival (INCSF) ke-6 di Kairo, Mesir tahun 2008. Goenawan Mohamad terpilih World Press Review menjadi Editor of The Year Th 1999, di New York. Nova Widianto-Liliyana Natsir juara dunia ganda campuran 2005, 2007, juara Asia 2006.
Jacobus Busono, Presiden Direktur PT Pura Group, Kudus dipercaya menjadi anggota World Enterpreneurship Forum (WEF) tahun 2008, satu dari tujuh orang Asia yang menjadi anggota lembaga tersebut. Forum ini di bawah pembinaan langsung Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, dan masih banyak lagi warga kita yang berprestasi dari berbagai bidang yang tak bisa disebut satu per satu.
Tim Merah Putih yang tangguh dan terus mengharumkan nama bangsa dan negara dengan mengukir berbagai prestasi membanggakan. Sementara tim ”oranye” juga mencatatkan raihan predikat. Tim oranye juga dikenal bermain total, ulung, dan sistematis. Menempatkan Indonesia sebagai negara ke-114 dari 174 negara terkorup di dunia. Sama-sama ada keringat, doa, dan air mata.
Namun lakon hidup yang berbeda. Tim oranye jago kandang yang menundukkan rakyat sendiri dengan jurus manipulasi. Namun predikat yang ditoreh dan berusaha dipertahankan tim oranye memang tanpa perlu dengan berdarah-darah seperti Chris John. Keikhlasan selalu berseberangan dengan keserakahan dan kehipokritan. Akibatnya juga pasti berbeda. Tim oranye akan bersimbah keringat dingin saat tertangkap KPK.
Dan doa diyakini bagai uraian ayat-ayat undang-undang untuk pembenaran diri di berkas PK (Peninjauan Kembali) untuk menghasilkan vonis ringan plus bonus remisi. Doa menjadi keterampilan tampilan kekhusukan sarat keanggunanan untuk mengemas ego yang sebenarnya. Kebenaran pun dibuat bak tafsir mimpi yang banyak versi. Seolah Tuhan pun bisa dikelabui.
Tim Merah Putih jago betulan karena raihan prestasi dengan menaklukkan jago-jago dari negeri seberang, sehingga tak sepatutnya dibandingkan/disandingkan, apalagi ditandingkan dengan tim oranye. Meski sama-sama menangis (Susi Susanti menangis saat meraih medali emas di Olimpiade Barcelona 1992), meski sama-sama melambaikan tangan, bahkan (meski)  sama-sama dijuluki ”angie”.
Purnomo Iman Santoso-EI Villa Aster II Blok G No 10 Srondol, Semarang 50268