Monday, January 28, 2008

Bahaya Laten Korupsi

Suara Merdeka tanggal 28 Januari 2008

Komponen Pendapatan Nasional meliputi Konsumsi(C),Tabungan(Saving),Investasi(I) disamping ada Belanja Pemerintah (Government Expenditure),Export,Import dan Pajak(Tax).Kalau boleh memilah, terdiri dari komponen Produktif seperti Investasi,Tabungan,Export.Yang lain komponen yang bersifat Konsumtif.
Di media Teve hampir semua komponen pendapatan nasional tersebut telah diulas diantaranya mengulas Tabungan-Deposito,Investasi,Usaha Kreatif,Kegiatan Eksport serta konsultasi Pajak .Stasiun teve yang lain,lebih didominasi program hiburan dengan menayangkan Reality show yang mengisahkan seseorang yang mendadak mendapatkan rejeki nomplok.Ada program“Bagi-bagi TV”,untuk warga yang “ketahuan” sedang menonton di saluran teve yang mempunyai program itu.Ada juga kuis yang memberi hadiah tunai untuk pemirsa yang bisa menebak dengan jitu bintang sinetron maupun bintang infotainment yang sedang tayang serta jadi gosip.
Dominasi hiburan dengan aneka programnya menarik masyarakat sehingga banyak membuang waktu.Anak-anak sepulang sekolah,lebih suka nonton teve daripada beraktivitas.Boros listrik dan waktu yang seharusnya bisa produktif jadi kebiasaan.Tak disadari, berpotensi membentuk perilaku konsumtif sejak dini dan massal.
Ini berpotensi membuat Negara tidak sehat apalagi kalau merasa lebih praktis mengimport daripada memproduksi sendiri.Sama saja memberikan lapangan kerja pada rakyat negara lain sementara rakyat sendiri asyik dibuai khayalan yang disuguhkan dalam acara tersebut.Perilaku merusak tidak disadari (jadi jalan keluar).
Kebijakan instan dengan dalih merangsang investor (lebih tepat “meng ijon kan” alat produksi-tanah,sumber daya alam)dianggap sebagai jalan keluar yang populer daripada mendidik warganya mengelola alat produksi secara swasembada. Setelah Kerusakan terjadi dimana-mana,aneka pungutan akan jadi kebijakan berikutnya.
Seyogyanya Komisi Pemberantasan Korupsi tidak hanya menyadarkan masyarakat dengan iklan saja.Ada tugas berat melawan arus yang harus dilakukan secara pararel yaitu menjadi teladan mengikis perilaku konsumtif dan mendorong serta membudayakan perilaku produktif.Semua ini harus dengan tindakan nyata dan terus menerus.
Bila produksi lebih besar konsumsi, rakyat sejahtera dan pendapatan nasional pasti naik.Kebiasaan produktif akan mengikis perilaku korupsi.
Sekedar melengkapi argumen populer (bahwa) penyebab korupsi konon karena budaya hingga moral yang dirasakan imaginer,Perilaku Konsumtif layak disebut sebagai bahaya laten Korupsi yang nyata.Karenanya harus dicegah agar tidak merasuki masyarakat

(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang

Sunday, January 27, 2008

Tanamlah Pohon Secara Cerdas

Suara Merdeka tanggal 27 Januari 2008

Masyarakat beberapa waktu lalu secara secara serentak menanam berjuta-juta. pohon.Seementara itu seminggu sebelumnya saya dengan terpaksa harus menebang dua pohon yang berada persis di depan rumah,satu pohon mangga yang telah berbuah dan satu pohon angsana yang persis berhimpitan dengan tiang kabel telkom.
Kedua pohon terpaksa saya tebang karena akarnya berpotensi menghancurkan saluran air, mengingat lahan terlalu sempit untuk ditanami.
Pohon angsana,disamping merusak saluran air juga beresiko membuat tiang telpon goyah karena ditanam persis berhimpitan.Belum lagi dahannya yang cepat tumbuh seringkali membuat gangguan, kabel tellepon kena dahan saat angin kencang.
Sering dijumpai,penanaman pohon yang tidak memperhatikan lingkungan sekitar.Saat masih kecil tidak mengganggu,namun begitu tumbuh besar menjadi masalah.
Kampanye tanam pohon sangat bagus,apalagi bermanfaat untuk mengurangi panas matahari hingga menyerap racun gas buangan kendaraan bermotor.Khususnya dikawasan pemukinan akan lebih baik bila saat menanam harus diperhitungkan secara cerdas.
Dari sisi lokasi,sebaiknya tidak diatas saluran air/PAM,dibawah tiang,kabel listrik/telepone atau persis depan rumah hingga mengganggu jarak pandang.Jenis tanaman tidak dari kayu yang rapuh(angsana) karena saat musim hujan dahannya mudah patah hingga berbahaya bagi yang berlalu lalang.
Dulu pohon peneduh jalan biasanya kenari,asam jawa,randu.Syukur bila dipertimbangkan juga faktor estetika dengan menanam pohon yang berbunga warna warni seperti sakura.Jarak antar tanaman harus diperhitungkan pula sehingga nantinya tidak terpaksa harus menebangnya karena mengganggu.Dengan demikian penanaman pohon akan bermanfaat secara jangka panjang.


(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang

Wednesday, January 09, 2008

Siapa Saja yang Wajib Patuh?

Kompas edisi Jawa Tengah tanggal 9 Januari 2008

Tanggal 31 Desember 2007 sekitar pukul 15.00 dalam perjalanan ke arah Ambarawa,di jalan menikung lebih kurang satu kilometer sebelum PT Apac Inti,kami berpapasan dengan mobil patwal mengawal sederet mobil.
Yang membuat terkejut,persis ditikungan,mobil patwal dan rombongan mobil yang dikawal menyalib kendaraan melanggar marka jalan dengan dua garis lurus sejajar tidak terputus.Pada posisi agak kekiri saya terkejut,tidak terbayang kendaraan di sebelah kanan saya.Jalur ini jalur ramai.
Operasi Patuh digelar aparat kepolisian dan disosialisasikan ke masyarakat dengan spanduk-spanduk di lokasi strategis.Yang menjadi pertanyaan,siapa saja yang wajib patuh?Apakah hanya masyarakat awam atau sipil?
Dijalan raya,berlalu lintas untuk semua lapisan,dari pejabat hingga rakyat jelata.Kepatuhan tertib berlalu lintas harus disadari semua lapisan tanpa peduli latar belakang.
Tidak sepantasnya prinsip “The King Can Do No Wrong” maupun ”Adigang-Adigung-Adikuasa”diterapkan dengan keyakinan hanya rakyat biasa yang harus salah.Untuk urusan keselamatan,seharusnya tidak ada kategori nomor dua.Semestinya, keselamatan rakyatpun harus prioritas utama bukan hanya retorika.
Malaikat Pencabut Nyawa tidak mengenal diskriminasi.

Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10
Srondol-Semarang.
Warga Epistoholik Indonesia