Monday, July 17, 2006

Believe It Or Not

Harian “SUARA MERDEKA” tanggal 17 Juli 2006

Pasca pengumuman UN,banyak keganjilan diantaranya masih ada “tradisi” dan “ritual” pawai motor plus corat-coret pakaian seragam.Perilaku yang dipertontonkan jauh dari bermutu kalau tidak mau dikatakan jauh dari sikap terpelajar.Sebab disekitar kita masih banyak yang bisa memanfaatkan baju seragam.Kenapa mubazir dicorat-coret dengan cat. Keganjilan lain,banyak kecurangan dalam pelaksanaan UN hanya demi predikat sekolah Favorit,target lulus 100% dengan menghalalkan segala cara.Ini ironis dengan tujuan mulia untuk meningkatkan mutu.Keganjilan lain lagi,siswa berprestasi karena tekun/ kerja keras dan bahkan ada yang telah lolos seleksi di lembaga pendidikan bergengsi,bisa tidak lulus UN.Siswa juga harus konsentrasi pilih keaslian pensil,karena sepintar atau sesiap apapun,konon bisa gagal hanya gara-gara pensilnya palsu sehingga jawaban tak terdeteksi komputer.
Acara TV berjudul Believe it or Not menarik ditonton.Acara ini mengangkat “keganjilan-keganjilan” pelaku yang umumnya diperoleh dari hasil ketrampilan dan latihan rutin dan selalu menimbulkan decak kagum pemirsa.Sebab adegannya tidak mungkin atau tidak pernah ditemui dalam keseharian.Kesan sekilas yang saya tangkap,acara ini hasil dari persiapan seksama, rasional,penuh integritas dan sangat profesional.Keberhasilan selalu luarbiasa dan keakuratannya sangat prima.Bukan karena keberuntungan semata.
Keganjilan UN pantas dikategorikan believe it or not. Keberhasilan peningkatan mutu pendidikan sepertinya mau diraih dengan cara serba instan,sementara kefatalan terjadi kasat mata.Belajar dari kejadian diatas, saatnya pemerintah menerapkan program peningkatan mutu pendidikan yang bisa membuat masyarakat berdecak kagum,serta berseru BU…..SEEEEEET……!


Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268

aslinya:
Kepada yth,
Redaksi Harian “SUARA MERDEKA”
Jl.Raya Kaligawe KM 5
S E M A R A N G

Believe it or Not dan BUSET
Ujian Akhir Nasional diadakan dengan tujuan meningkatkan mutu siswa dan pendidikan nasional,tahun ini digelar dengan nilai persyaratan lulus yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Hari-hari ini hasil Ujian Akhir Nasional telah diumumkan.Pasca pengumuman UAN,banyak keganjilan.Keganjilan pertama,masih munculnya “tradisi” dan “ritual” pawai sepeda motor plus corat-coret pakaian seragam setelah pengumuman ujian.Perilaku yang dipertontonkan jauh dari bermutu kalau tidak mau dikatakan sangat jauh dari sikap terpelajar.Ditengah krisis seperti ini,sekitar kita masih banyak yang bisa memanfaatkan baju seragam.Kenapa hanya mubazir dicorat-coret dengan cat. Keganjilan berikut,media melaporkan banyak kecurangan dalam pelaksanaan UAN.Hanya demi prdikat sekolah Favorit,target lulus 100% dicapai dengan menghalalkan segala cara.Ini sangat ironis dengan tujuan mulia untuk meningkatkan mutu.Keganjilan lain,siswa yang berprestasi karena ketekunan dan kerja keras mengikuti seluruh mata pelajaran selama 3 tahun masa pendidikan disekolahnya, bahkan ada yang telah lolos seleksi jenjang lanjutan di lembaga pendidikan bergengsi,bisa tidak lulus UAN.Siswa juga harus konsentrasi pilih keaslian pensil.Karena sepintar ataupun sesiap apapun,konon bisa gagal UAN hanya gara-gara pensil yang digunakan palsu sehingga jawaban tak terdeteksi komputer.
Acara TV berjudul Believe it or Not menarik ditonton.Acara ini mengangkat kelayar kaca “keganjilan-keganjilan” pelakunya. “Keganjilan” di acara Believe it or Not umumnya hasil ketrampilan tinggi dari latihan rutin hingga pengalaman praktek dilapangan.Ini semua membuat figure yang ditampilkan selalu menimbulkan reaksi decak kagum pemirsa.Berbagai ketrampilan atau adegan yang secara umum dirasakan tidak mungkin atau tidak pernah ditemui dalam keseharian,oleh acara ini disajikan menjadi nyata.Kesan sekilas yang saya tangkap,acara ini adalah hasil dari persiapan seksama, rasional,penuh integritas dan sangat profesional.Keberhasilan selalu luarbiasa dan keakuratannya sangat prima serta bukan karena factor keberuntungan semata.Bahkan kalaupun terjadi kegagalan tidak pernah berakibat fatal.
Keganjilan UAN juga pantas dikategorikan believe it or not.Sayang dengan kesan berbeda.Keberhasilan peningkatan mutu pendidikan sepertinya mau diraih dengan cara serba instan,sementara kefatalan terjadi kasat mata.Belajar dari kejadian diatas, saatnya pemerintah menerapkan program peningkatan mutu pendidikan yang bisa membuat masyarakat berdecak kagum,serta berseru BUSEEEEEET!

Semarang ,28-06-2006


(Purnomo Iman Santoso)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268


Thursday, July 13, 2006

PKL dan Ormas

Harian “SUARA MERDEKA” tanggal 13 Juli 2006

Berapa saat lalu gencar reaksi masyarakat terhadap sebuah ormas dan mengemuka agar ormas yang meresahkan dibubarkan .
Cerita lain,Pedagang Kaki Lima yang sering tidak tertib karena berdagang meluber ketrotoar sampai kejalan,mengganggu lalu lintas. Terhadap ke dua kelompok diatas sering dirasakan perlakuan berbeda.
Permintaan pembubaran ormas yang meresahkan ditepis dengan sigap oleh yang berwenang.Tidak tanggung-tanggung,pasal 28 UUD tentang “kemerdekaan berserikat dan berkumpul” pun dikumandangkan oleh para petinggi.
Untuk kelompok PKL kata-kata “paksa” lebih sering digunakan. Penertiban Paksa,Pemindahan Paksa,Bongkar Paksa akrab ditelinga.Memang benar sering dijumpai kondisi semrawut,penertiban jadi kebutuhan mendesak bagi semua pihak.Saatnya menumbuhkan kesadaran tertib demi kepentingan bersama.Penertiban tidak sebatas merenovasi pasar yang biasanya didahului tradisi”kebakaran” karena “arus pendek” dulu. Menata ulang pasar melalui perencanaan lay out yang praktis fungsional perlu direncanakan secara seksama.Ada baiknya yang berwenang juga biasa belanja kepasar tradisional.Dengan demikian,keputusannya dapat memberi kontribusi terciptanya suasana belanja yang nyaman,dan tidak memandang renovasi pasar dari sudut “proyek” semata. Apa arti renovasi pasar kalau kemudian menjadi area rawan karena tak layak untuk berdagang?.Bukan hanya kepentingan pemda demi mendapat penghargaan adipura,tetapi juga masyarakat yang berbelanja,lingkungan hingga para pedagang yang jualannya harus laku.Apalagi kalau jualan barang basah(buah,sayur,daging ), harus terakomodasi.
Dengan konsep yang bagus,dijamin keberhasilan pasar tak hanya dilihat dari seremonial saat peresmian gedung pasar baru.Namun “hidupnya” pasar tersebut karena masyarakat merasa nyaman.Dengan suasana tertib yang diciptakan secara konsisten,keberadaan PKL akan hilang sendiri.
Indonesia maju bukan kalau ormas tumbuh bagai jamur.Namun bila jiwa wiraswasta berkembang subur dan komposisinya semakin meningkat dari hari kehari.


Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268

Friday, July 07, 2006

Bermutu dan Favorit

Harian “KOMPAS” edisi Jawa tengah , 07 Juli 2006

Ujian Nasional dicanangkan pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional.Depdikbud dan jajarannya hingga guru dan muridpun sibuk mempersiapkan diri.Targetnya lulus 100 % karena dengan tingkat kelulusan maksimal sekolah akan layak menyandang predikat sebagai sekolah favorit.UN berakhir sudah dan hasilnya telah diumumkan. Kehebohanpun muncul dimana-mana.Tak sebatas protes dari yang tidak lulus.Yang luluspun tak mau kalah dengan melakukan yang “tradisi”, yaitu corat-coret baju seragam dan bahkan rambut,kemudian pawai sepeda motor yang ,sungguh, sangat mengganggu .Yang perlu direnungkan,cukupkah sekolah,guru,orangtua murid hingga masyarakat memandang pencapaian UN sebagai peningkatan mutu.Dan layakkah, sekolah lulus UAN 100 % , menyandang predikat sebagai sekolah favorit.
Apapun dalihnya,“tradisi” ataupun”ritual” yang digelar anak lulus ujian SMA perlu dicermati dan disikapi secara benar agar niat meningkatkan mutu pendidikan nasional tercapai.Pencapaian nilai bagus,ranking tinggi,seyogyanya harus tercermin pada sikap dan perilaku siswa hingga guru.Apa arti predikat lulusan terbaik,sekolah favorit, namun berperilaku arogan.Tidakkah lebih bermanfaat kalau baju seragam dimanfaatkan untuk yang membutuhkan.Tidak usah repot menyumbang korban gempa,banjir untuk sikap peduli.Lihat sekeliling kita,yakinlah banyak yang sangat berterima kasih bila baju atau uang yang buat beli cat semprot disumbangkan.Predikat Sekolah favorit otomatis disandang kalau sikap anak didik bermutu karena memberi manfaat pada masyarakat.

Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia

Sunday, July 02, 2006

Lelah,Letih,Penat.....

Harian “SUARA MERDEKA” 02-Juli 2006

Meski merdeka,bersemboyan satu walau berbeda-beda,dan Pancasila sudah ingin Persatuan,pemerintah tetap membagi akta lahir bangsanya ala penjajah*). Saya masih balita ketika bangsa ini hiruk pikuk terbelah .Peristiwa G30S yang (konon) didalangi PKI dicap kejam,sadis dan tidak berperikemanusiaan.Mereka sah diKelompokan,ditahan tanpa peradilan,sempat dikucilkan sebagai Eks Tapol walau telah bebas.Setelah periode pembersihan dan pencidukan,bangsa ini dikotak-kotakan.Asli dan Tidak asli,hingga SARA yang diberi stigma jadi monster menakutkan.
Pasca orba pengkotakan terus berlanjut,tapi beda istilah.Ada kelompok reformis, reformis gadungan,ada yang dicap sebagai teroris.Berbagai organisasi lahir dalam bentuk . Forum,Paguyuban,Solidaritas hingga front.Trikora guna hadapi Belanda di Irian Barat,Ganyang Malaysia sebagai protes terhadap simbol imperialisme barat.Tapi Ratih,Pamswakarsa untuk Ganyang Mahasiswa yang menyuarakan tuntutan rakyat.Antar organisasi saling unjuk gigi dengan korban rakyat yang penat karena ikat pinggang dikencangkan erat.
Mereka bukan gigih ujudkan visi,misi organisasi,namun piawai kerahkan masa dan intimidasi. Kekerasan menjadi sarana favorit unjuk eksistensi.Konsesipun dibagi untuk kalangan sendiri.
Khalayak telah Lelah,letih dengan pengotak-kotakan.Penuh kepentingan sempit.Aneka issue ideal digelar untuk mengawali aksi.Ujungnya hanya melahirkan kelompok kambing hitam yang dapat dimanfaatkan sebagai “sandera” dan sapiperah.
Kini,ditunggu lahirnya Front Pembela Kebenaran Universal,Forum Indonesia Rembug, Paguyuban Indonesia Raya, Solidaritas Indonesia Jaya. Rakyat penat dan suntuk,mendambakan gerakan dengan spirit persatuan dan lintas SARA.Stop!manipulasi dan stigmaisasi SARA. Ini ide penjajah agar “kita” saling curiga dan mudah diadu domba.Mari kembali kejiwa Bhineka Tunggal Ika yang telah akomodasi dan sarat SARA untuk perkokoh nation building.Semboyan kita masih sama Kan?
*)Golongan Eropa,Timur Tionghoa,Indonesia Asli beragama Islam,dan Golongan Indonesia Asli beragama Kristen.


Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268