Saturday, April 23, 2005

Rubes dan Bures

Rubes dan Bures
Harian “SUARA MERDEKA” tanggal 23 April 2005

Pemerintah tampaknya serius memberantas korupsi. Di media terus menjadi berita utama pengusutan terhadap kasus dengan indikasi korupsi. Gubernur,walikota ,Bupati , mantan anggota DPRD dimana-mana di SERBU oleh aparat penegak hukum.Bagaimanapun ini suatu kemajuan.Karena kalau selama ini yang di BUSER (buru sergap) kebanyakan kelas teri (maling ayam, jemuran,curanmor),kini ada peningkatan ke kelas Tikus.
Masyarakat berharap, setelah BURU SERGAP si teri kemudian SERBU tikus , tentunya si Kakap harus segera dapat giliran pula.Memang untuk menjamah si kakap, harus ekstra cermat namun juga harus cepat nan akurat .Kalau tidak, berpotensi membuat RUBES *)(kisruh) karena mereka punya banyak uang dan kekuasaan sehingga yakin bisa beli apa saja dan bisa berbuat apa saja di negeri ini . Kalau ini terjadi, masyarakat banyak akan dibuat bingung sendiri ,karena segala sesuatu nantinya jadi BURES*)(pandangan kabur,tidak jelas).Yang salah bisa benar , yang benar pun bisa jadi salah.Semua penanganan hanya hingar bingar di awal,buying time, kemudian akan hilang dengan sendirinya bak tertiup angin.Orang Banyumas bilang Gludhug thok ,Ora udan-udan.
Khalayak sudah pasti jadi bingung sendiri.Kasus kakap hanya akan menjadi obrolan masyarakat di warung-warung sambil menikmati mie rebus , pisang rebus, kacang rebus ,ubi rebus dll rebusan, kecuali tikus rebus dan kakap rebus(menu ini belum ada).

*) dari Bahasa banyumasan

Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
-----------------------------------------

Monday, April 18, 2005

Sang Teladan

Sang Teladan
Harian “KOMPAS” edisi Jawa Tengah tanggal 18 April 2005

Bunda Teresa ,lahir Agnes Goinxha Bejaxhiu ,di Skopje- Serbia 27-8-1910,wafat Calcuta 05-September-1997.Paus Yohanes Paulus II ,Lahir Karol Wojtyla ,di Wadowice ,Polandia 18-Mei-1920 wafat Vatikan 03-April-2005
Keduanya lahir di Eropa Timur yang identik dengan negara komunis.Namun, karya mereka sungguh nyata.
Meminta maaf adalah hal yang mudah, namun memberi maaf dengan tulus dan ikhlas kepada orang yang berniat membunuhnya hanya dimungkinkan oleh orang yang sangat memahami kasih pada sesama sekaligus orang yang sangat mencintai perdamaian .Ketulusannya telah menembus batas perbedaan bahkan kebencian.Kedukaan Mehmet Ali Agca atas sakit hingga wafatnya Paus yang sudah dianggap saudara sendiri tak bisa dikategorikan sebagai upaya untuk dapat grasi.Apa yang dilakukan Paus adalah ujud dari ungkapan Indira Gandhi (1917 – 1984) ”Tidak akan terjadi jabat tangan, jika semua jari keras mengepal”

Suster Teresa konsisten sepanjang hidupnya menolong kaum papa di India yang mayoritas Hindu.Sikap tegas, tanpa kompromi Paus Yohanes Paulus II walau menjadikannya berseberangan dengan negara adi kuasa demi perdamaian dunia dan mengasihi sesama,apapun agamanya.Bahkan termasuk yang tidak beragama. Orang bebas memperdebatkan Keteladanan dua tokoh ini .Namun, .”Tak ada orang yang membutuhkan nasehat, selain bukti-bukti nyata”.John Steinbeck , bisa untuk introspeksi

Banyak tokoh yang membuat otobiografi, walau tak berbuat banyak untuk sesama, kecuali untuk kepentingannya.Kedua tokoh teladan ini tidak sempat menyanjung diri meski tidak dimungkiri karyanya layak ditulis dengan tinta emas.

Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
---------------------------------------

Saturday, April 02, 2005

Sumbangan atau Pungli

Sumbangan atau Pungli
Harian “SUARA MERDEKA” tanggal 02 April 2005

Akhir-akhir ini sering muncul peminta sumbangan dengan aneka kepentingan baik berkelompok mendatangi warga maupun di jalan.Kalau kita perhatikan sering tidak ada kelengkapan suratnya ,kecuali daftar “dermawan” dengan nominalnya.Malah kalau yang di jalan hanya berbekal kotak sumbangan.
Hal positif masa lalu yang kini terlupakan, setiap pemohon sumbangan harus berbekal surat Persetujuan RT/RW bahkan kepolisian setempat. Sering jadi tidak mengerti, apakah untuk jadi dermawan harus pamer,harus ada roadshow. Sementara disisi lain panitia dengan tenangnya merasa tidak perlu beri pertanggungjawabkan penggunaan dana.Bagaimanapun uang yang terkumpul tidak otomatis sebagai miliknya yang bisa digunakan sesuka hati. Penerapan akuntabilitas publik tidak wajib di birokrasi saja namun harus menjadi budaya disemua lapisan masyarakat.Tanpa harus diminta,tanpa harus ada pertanyaan “apa anda tidak percaya?”, harus menjadi suatu moral obligation.Kalau tidak, apalagi masyarakat cenderung apatis sehingga kelengkapan suratpun tidak lagi diperhatikan dengan pertimbangan “daripada dikira rewel”,pola ini akan menjadi breding area dan kaderisasi koruptor.Kita perlu saling mengingatkan dan budayakan kebiasaan menanyakan kelengkapan surat setiap ada pemohon sumbangan dan minta pertanggungjawaban penggunaan dana agar penyalahgunaan sumbangan dapat dicegah.Kita sering teriak tidak setuju pungli yang dilakukan birokrasi.Sebaiknya sebagai warga juga jangan melakukan pungli yang dikemas sebagai sumbangan. Contoh nyata baru saja terjadi .Saat minta sumbangan, berlaku seolah sebagai pihak yang paling peduli,paling simpati terhadap “saudara kita” korban tsunami. Namun ternyata banyak juga yang hanya memanfaatkan penderitaan warga Aceh*)

*) Kompas hal G ,8 Januari 2005,Waspadai,Penipuan Berkedok Amal Aceh


Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10
Srondol,Semarang 50268
-------------------------------------