Pupuk Organik
Membaca berita “Pupuk Kaltim Capai Produksi Tertinggi” di Suara Merdeka beberapa waktu yang lalu, pikiran awam saya langsung melayang membayangkan betapa kuat komitment Direksi dan seluruh jajarannya terhadap upaya menjaga tersediannya pupuk bagi para petani.Rasa bangga menyelinap karena pasti juga dilakukan oleh pabrik pupuk lain.
Tetapi mendadak kebanggaan berganti kebingungan setelah membaca berita kelangkaan pupuk yang selalu terjadi saat petani membutuhkan.Saya tidak bermaksud mencari siapa yang salah karena tampaknya sudah dianggap biasa.Tidak pula bermaksud mengecilkan komitmen dan prestasi jajaran pabrik pupuk.Bukan juga untuk cari kambing hitam siapa yang menyebabkan pupuk selalu tersendat.
Tercenung dan merenung,akhirnya terlintas Solusi untuk atasi kelangkaan pupuk yang terkesan selalu mempermainkan petani.
Pupuk anorganik biarlah terus berproduksi dengan prestasi spektakulernya.Tapi petani tidak boleh terlena dengan angka diatas kertas yang tak menjadi realitas. Petani harus mendapat jalan keluar.
Saya mendengar pengalaman petani gunakan pupuk organik yang pembuatannya dengan cara sederhana dan bisa dilakukan siapa saja.Caranya dengan mengumpulkan limbah rumah tangga dedaunan (organik) yang diberi air cucian beras.Terbukti pupuk ini mampu meningkatkan produktivitas dan tahan hama.Material tak sulit didapat,memproduksinya mudah,hasil bagus untuk kesehatan dan asri untuk lingkungan.
Dengan semangat “berani kotor itu baik”(seperti iklan salah satu detergent),Saya mencobanya.Benar,dalam waktu satu minggu sampah segera terurai.Mungkin karena banyak struktur mineral yang menyuburkan tanah,cacingpun hidup.
Demi kesejahteraan petani dan kesehatan bangsa, saatnya petani mengurangi ketergantungan pupuk anorganik dengan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Sekedar saran
Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II G No. 10,Srondol,
Semarang 50268