Saturday, March 18, 2006

Budaya Unggul

Harian “SUARA MERDEKA” tanggal 18 Maret 2006

Terinspirasi buku The 8th Habit:From Effectiveness to Greatness karangan Stephen R Covey ,presiden SBY inginkan suatu saat budaya unggul jadi kultur nasional.Keinginan tersebut harus didukung.Hanya saja mengapa baru menyadari pentingnya budaya unggul setelah buku tersebut terbit. Apakah bangsa Indonesia sebelumnya tidak punya budaya unggul?Sepertinya perlu penyegaran. Lahirnya para Juara dunia (tinju,tennis yunior,olimpiade fisika dll) menunjukkan,budaya unggul sudah kita miliki.Dulu kita sangat disegani. Malaysiapun harus minta dukungan Inggris yang kemudian menurunkan pasukan elite SAS untuk menghadapi TNI di Kalimantan.
Keterpurukan negara ini karena budaya unggul dianggap kuno.Suara hati nurani,digusur diganti arogansi,diskriminasi dan perilaku aji mumpung.Fakta menunjukkan bahwa Sumpah,motto dan sejenisnya diabaikan,demi indoktrinasi/jargon dan slogan.Ini meminggirkan banyak anak negri berkarakter unggul.
Kini,dengan dalih dan tafsir Sumpah secara sepihak,banyak kasus pelanggaran rasa keadilan tidak tuntas.Petinggi selalu benar membela diri sementara bawahan dijerat hukum dalam kasus kerusuhan,tragedy yang memakan korban rakyat sendiri.Harus disadari ini menggerus budaya unggul.Malaysiapun kini bernyali besar dengan berkali-kali langgar teritori RI.
Kenapa calon pemimpin yang kiprahnya kental dengan budaya unggul harus tersisih oleh pemimpin yang “diunggulkan”. Budaya unggul lahir dari insan berKarakter Unggul.Selain Profesionalitas,Ujud Karakter unggul adalah ada keharmonisan antara pikiran (thought),kata kata(words), perbuatan(deeds)yang terus menerus.
Satu kata dengan perbuatan,bisa dipercaya, tulus,berbudi,berperasaan,jujur dan fair(trust worthy man).Tegakkan budaya unggul yang ada.Anak negri berkarakter unggul kita punya.Ini Modal yang tanpa perlu cari ke luar negri.Cukup beri mereka kesempatan untuk berpartisipasi bangun negri.Indonesia akan kembali unggul.So Pasti!


Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268

Thursday, March 16, 2006

Cegah Flu Burung

Harian “SUARA MERDEKA”,tanggal 16 Maret 2006

Berita mengenai flu burung akhir-akhir ini kembali menyita perhatian. Upaya Dinas Kesehatan dan dinas terkait sepertinya tiada henti.Dari penyuntikan/ vaksinasi,penyemprotan,sosialisasi ciri-ciri unggas terinfeksi virus hingga unggas yang harus dibunuh/dibakar/dikubur terus gencar diinformasikan.Belum lagi penanganan terpadu untuk orang yang terinveksi,sudah ada RS dengan peralatan lengkap untuk jadi rujukan.
Saya bukan dari latar belakang kedokteran atau dari disiplin ilmu yang erat dengan penanganan flu burung.Tapi mencermati langkah dan sosialisasinya, tampak ada yang terlupakan.Bahkan terabaikan atau mungkin diinformasikan namun kurang keras gaungnya.Yang saya maksud berkaitan dengan penanganan botol/ampul bekas vaksin.Seingat saya-(kalau salah mohon dikoreksi)-vaksin adalah kuman/virus yang dilemahkan, kemudian disuntikkan, untuk perkuat antibodi.Kalau ini benar,penanganan terhadap botol/ampul bekas vaksin harus benar-benar serius dan seksama.
Dalam pemahaman awam,kalau botol bekas vaksin tidak dimusnahkan secara tuntas,ini dapat berakibat kuman/virus yang dilemahkan akan tercecer.Bukan tidak mungkin,kuman yang telah mengalami rekayasa genetik menjadi vaksin tersebut tetap hidup dialam bebas dan akan makin ganas. Bila kelalaian benar terjadi,berpotensi akibatkan penyebaran virus flu burung semakin susah dipetakan dan sulit dikendalikan.
Melengkapi langkah pencegahan yang telah disosialisasikan,sepertinya sangat mendesak untuk perlu dikampanyekan secara gencar,dicontohkan serta diawasi ketat.Penanganannya harus disiplin ketat dimusnahkan,dibakar sampai habis.Mengingat bahayanya flu burung,sanksi tegas bagi yang lalai,sangat dibutuhkan.Sekedar saran,semoga bermanfaat.


Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268

Wednesday, March 15, 2006

Agar Ayam Tetap Sehat

Harian “KOMPAS” edisi Jawa Tengah tanggal 15 Maret 2006

Ibu saya dahulu gemar memelihara ayam .Makanannya bekatul dicampur sisa sayuran.Atau ayam mengais sendiri saat keluar kandang.Musim dingin tiba,biasanya menjelang bulan Juli-Agustus,yang dinilai rawan,karena banyak ayam gampang sakit.Biasanya dibulan ini ibu saya selalu membuatkan menu khusus untuk ayamnya,yaitu bekatul yang dicampur sayuran dan diolah dengan air panas ditambah kencur.Saya ingat,katanya biar ayamnya tidak kedinginan sehingga sehat.Nyatanya,ayam memang tetap sehat bugar dan terus bertelur.
Dahulu belum dikenal vaksin atau ayam ras.Hampir semua keluarga berternak ayam kampung. Sekarang dizaman modern,dimana makanan ayam konon sehat berkonsentrat, flu burung justru merebak.Barangkali peternak sudah saatnya mau sedikit repot kembali kecara tradisional dalam merawat dan memberi makan ayamnya.Tak usah tergantung pada pakan ayam pabrikan karena jangankan untuk makan hewan,untuk makan manusia saja quality control nya sering terabaikan.Contohnya kasus keracunan siswa makan jajanan sekolah hingga kasus formalin yang menghebohkan.
Bukan tidak mungkin kualitas pakan ayam modern kurang terjaga karena kandungan mineral,vitamin dan yang lain tidak lengkap untuk tumbuh sehat. Ada unsur yang dibutuhkan untuk keseimbangan yang diatur alam,dirusak demi promosi dengan prioritas meningkatkan produktivitas telur ataupun merangsang pertumbuhan berat ayam.Bisa jadi ketidak seimbangan ini memberi kontribusi mewabahnya penyakit.
Sekedar saran,pola tradisional dengan memberi makan olahan bekatul dicampur kencur saatnya dicoba.Kencur berkhasiat menghangatkan, menyingsetkan,menghilangkan rasa sakit memudahkan pengeluaran air dan angin dari tubuh,dan mengencerkan dahak.Kencur segar juga mengandung antibakteri*).Itu sudah diteliti dan dibuktikan.

*)Intisari-Buku Tanaman Obat Keluarga.

Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia

Monday, March 06, 2006

Lagi-lagi SBKRI di Semarang

Harian “KOMPAS” edisi Jawa Tengah 06 Maret 2006

Berita tentang Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia(SBKRI) masih menjadi syarat pengurusan kependudukan di kota Semarang menarik untuk disimak.Padahal,di era orba yang melahirkan sejumlah ketentuan diskriminasi, upaya penghapusan SBKRI sudah dicanangkan.Ini misalnya dibuktikan dengan Keputusan Walikota Semarang 470/03/1996,tanggal 03 Januari 1996.
Namun,membingungkan karena justru di era reformasi,saat di Undang Undang Dasar(UUD) 1945 sudah diamandemen sehingga istilah Warganegara Indonesia (WNI) asli dan keturunan dihapuskan,justru lahir Keputusan Walikota Semarang 474/203/2005 tanggal 10 Agustus 2005, yang kembali mensyaratkan SBKRI untuk peroleh Kartu Keluarga,Kartu Tanda Penduduk(KTP),dan Akta Kelahiran.
Tidak mungkin pejabat di Pemerintah Kota Semarang tak mengetahui adanya Keputusan Presiden(Keppres) No.56 Tahun 1996 dan Instruksi Presiden(Inpres) No.5 Tahun 1999,yang menegaskan SBKRI Tidak Diperlukan Lagi*).Tidak tepat juga kalau dengan pertimbangan Otonomi Daerah menetapkan aturan yang berlawanan dengan kebijakan Pemerintah Pusat.
Belajar dari pengalaman masa lalu, dimana banyak aturan diskriminatif tidak tersosialisasikan sehingga berpotensi terjadi penyimpangan, diusulkan perlu diadakan semacam in house training rutin untuk seluruh jajaran birokrasi sehingga bisa saling melakukan cek dan recek.
Untuk hindari multitafsir,jajaran birokrasi harus proaktif .
Apalagi,Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Takkan Menerbitkan SBKRI Lagi **)

*)Kompas 22-6-2002:SBKRI TIDAK DIPERLUKAN LAGI, Depkeh akan terbitkan SE
**)Kompas 11-6-2002 MenkehHAM Yusril Ihza Mahendra menyatakan bahwa Depkeh Takkan Terbitkan SBKRI Lagi

Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia