Thursday, July 04, 2013

INVESTASI

Harian Suara Merdeka tanggal 4 Juli 2013


Beberapa tahun belakangan masyarakat dibuat demam investasi. Tak hanya perbankan yang mengembangkan divisi investasi, perusahaan investasi juga menjamur. Menarik disimak, saat berjualan, para petugas marketing (perusahaan) investasi selalu mengedepankan keuntungan lebih tinggi dari bunga tabungan bank, bahkan di atas deposito. Pecahan nilai investasi pun dalam nominal yang lebih merakyat. Sisi lain, bahwa investasi disamping bisa untung tapi juga dapat rugi. Dan khusus ini perlu mendapat porsi penjelasan semestinya.
Mungkin, karena terlalu menekankan sisi penjualan, agresivitas tinggi kurang mengedukasi masyarakat dan berakibat marak kasus penipuan menyalahgunakan (istilah) investasi. Harus diakui bahwa para marketing officer dari investment banking dipersiapkan untuk memberi penjelasan secara lebih berimbang. Seorang rekan yang kebetulan investor bercerita dengan semangat bahwa Warren Buffet menjadi orang terkaya di dunia karena berinvestasi di surat berharga. Kelihatannya orang yang bersangkutan sedang beruntung.
Kisah Warren Buffet itu sering digunakan sebagai taktik berjualan. Padahal Warren lahir 30/8/1930 dan berinvestasi di saham saat usia 11 tahun di Amerika. Saham Berkshire Hathaway yang dibelinya tahun 1962 dengan harga 8 dollar/Iembar, baru tahun 2008 menjadi 150.000 dollar/ Iembar. Setelah 46 tahun! Rentang waktu 1941-2008 kalau dihitung Warren Buffet telah mengalami crash/jatuhnya harga saham dunia berulang-ulang. Sementara, pasar modal Indonesia baru berdiri tahun 1952, itupun tak langsung bergairah, mengingat kondisi ekonomi dan politik Indonesia belum stabil. Masyarakatnya masih awam terhadap surat berharga.
PTDanareksa juga baru berdiri tahun 1976 dan merupakan BUMN yang bergerak di bidang investmen banking dan trust fund company. Pendirian perusahaan ini tak lepas dari upaya pemerintah dalam mendorong perkembangan pasar modal Indonesia. Perusahaan nasional yang go public, menjual saham di bursa baru dilakukan PT Centex yang go public April 1979. PT Richard Merrel Indonesia (PT RMI) April 1980, dan Agustus 1980 PTSemen Cibinong. Setelah kisah sukses dan gagal orang-orang yang go public berlalu, banyak orang hengkang dari pasar modal karena penyelewengan maupun penipuan.
Pemerintah mulai mencoba membangkitkan kembali partisipasi masyarakat untuk terlibat berinvestasi di pasar modal. Diberlakukan UU Pasar Modal tahun 1992, PT Danareksa menawarkan jasa keuangan dan investasi yang semakin beragam. Untuk menangani jasa investasi yang makin berkembang PT Danareksa membentuk anak-anak perusahaan. Salah satunya PT Danareksa Fund Management. Konon, Tahun 2009, Bursa Efek Indonesia memiliki 406 emiten dengan kapitalisasi pasar Rp 1,850 trilliun dan rata-rata nilai transaksi Rp 4-5 trilliun per hari. Jumlah investor domestik 300.000 orang (0,1 persen dari populasi). Sekedar pembanding, Malaysia 3 juta investor(12,8 persen dari populasi), Singapura 1,26 juta investor (30 persen populasi). Minimnya pengetahuan investor lokal tentang dunia investasi dan keuangan, sering berperilaku ikut-ikutan dan berusaha meraih untung cepat/jangka pendek.
Proses edukasi harus dipandang perlu untuk menunjang upaya meningkatnya jumlah dan kualitas investor domestik, disamping masalah perlindungan investor. Juga bisa mencegah opini liar seolah investasi identik dengan penipuan. Dengan mengedukasi bahwa ada risiko rugi disamping peluang untung (besar) akan membuat masyarakat(calon) investor semakin dewasa memilih investasi sesuai karakter, kondisi, dan porsi financialnya secara sehat, sehingga tak terjadi karena iming-iming untung besar. Investor juga harus berkepentingan untuk tahu siapa dan kualitas perusahaan pengelola dananya.
Ingat kiat sukses Warren Buffet: Investor=tahu prospektus ditambah jangka panjang dan sabar. Tak boleh dilupakan, lahirnya pasar modal karena ada sektor riil yang tumbuh sehat dulu. Pemahaman investasi tak semata hanya dalam arti beli portfolio surat berharga, tapi membangun sektor (usaha) riil juga investasi. Pemerintah wajib mewujudkan iklim berusaha yang kondusif, agar dari situ lahir perusahaan yang sehat (nantinya saham diperjualbelikan di bursa kalau go public. Apalagi era perdagangan bebas sudah di depan mata, tahun 2015. Membangun sektor riil akan menyerap angkatan kerja. Ini akan menjadi karya mulia karena menjadi saluran bagi orang berbakat banyak.
Purnomo Iman Santoso Villa AsterBlok G No 10 Srondol, Semarang