Tuesday, December 27, 2005

Kuncinya Kedewasaan

Harian “KOMPAS” edisi Jawa Tengah , tanggal 27 Desember 2005

Mungkin karena prestige dan preferensi,posisi pejabat tinggi,menjadi idaman. Tak boleh dilupakan,makin tinggi jabatan itu menuntut tanggung jawab besar.Dipucuk, angin keras menerpa.
Untuk jabatan tinggi ,keberadaannya ada yang mencalonkan diri,ditunjuk atau dipilih.Namun semua ada persetujuan dan kesediaan yang bersangkutan menerima posisi itu.Tak ada paksaan dan tentu tahu segala konsekwensinya.Siap menghadapi tekanan hingga beban berat dengan program yang fit and proper, menuntut keseimbangan dalam bersikap maupun bertutur kata.
Bagaimana bila khilaf? Kita pasti tahu ,tiada manusia yang sempurna.Hanya saja, yang namanya khilaf tidak boleh terus menerus,apapun alasannya.
Akhir-akhir ini sering ditemui sikap reaktif,emosional,provokatif dari beberapa pejabat tinggi dalam menghadapi persoalan bangsa ini. Apapun gayanya, sepanjang untuk kepentingan bangsa dan negara secara luas pasti dimengerti orang.Namun,bila ada kepentingan sempit,sekalipun dikemas dalam issue cari popularitas,protespun mengalir deras.
Kuncinya,kedewasaan.Ini akan membuat seseorang selalu bersikap dan bertindak terukur ,sesulit apapun.Konon,Menjadi Tua Itu Pasti namun Menjadi Dewasa itu Pilihan.Kedewasaan,semoga menjadi kepedulian siapapun yang akan memilih pemimpin bangsa.
Kalau beban dirasa diluar batas kemampuan,demi kemajuan bangsa ini,lebih elegan bila berbesar hati kembalikan mandat rakyat,undur diri.Agar tidak lagi ditemui pemimpin yang tutur kata dan sikapnya jauh dari semangat persatuan.

Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia


Saturday, December 24, 2005

Air dan Petani

Harian “SUARA MERDEKA” ,24 Desember 2005

DPR kini membuat undang-undang berkaitan dengan konsumsi air.Padahal, penggundulan hutan dengan dalih lahan sejuta hektar di Kalimantan meng akibatkan langkanya tanaman penahan air tanah/air hingga air terbuang sia-sia ke laut.Hal ini yang berpotensi terjadinya krisis Air.
Awal Juni 05 kebetulan ikuti acara spektrum di radio Australia*).Yang mengagetkan,lahan sawah diindikasikan sebagai penyebab yang bersifat saling melengkapi. Menurut hasil penelitian,untuk produksi 1 kg beras sangat rakus air. Terlebih lagi, banyak lahan sawah dialih fungsikan untuk real estate,SPBU, industri, hingga ruko- sampai tidak memberi tempat air betah berdomisili.Mereka malah eksplorasi air.
Tanaman pakan lokal bukan padi**).Tapi juwawut,talas,ubi2an(di jawa)***), sagu(di maluku).Banyak dijumpai dihutan tempo doeloe.Tanaman tersebut, ramah/bersahabat dengan alam,tanpa harus babat hutan untuk cetak sawah. Saatnya kini kembangkan tanaman dan makanan berbahan lokal. MURI telah promosikan talas dengan catat rekor tertinggi replica Tugu Kujang Bogor dari dodol talas****).Konsep Bimas/Inmas agar disesuaikan.Libatkan seluruh masyarakat -Undang investor, beri aturan main fair, agar modal dan kemampuan technologinya bermanfaat untuk olah pakan berbahan lokal.Duren petruk-Jepara,klengkeng pringsurat-Secang pun kembali bertumpangsari dengan Ubi-talas-juwawut.
Tak ada lagi dominasi padi dan terigu yang berbahan baku gandum import. Lahan kritis,lahan tidur akan hijau dan produktif kembali di Nusantara yang tongkat kayu jadi tanaman dan bukan lautan tapi kolam susu ini.
Tak perlu tunggu seperti terjadinya krisis BBM,UU yang dorong penghijauan dengan tanaman lokal produktif plus kontrol ketat penerapannya lebih dibutuhkan. UU Privatisasi dan Komersialisasi Air tak perlu lagi.
Dengan dikembangkannya pakan lokal alternatif,petanipun akan sejahtera karena tak lagi dipalak preman air,diperas mafia pupuk,dihisap tengkulak atau dibingungkan Importir beras.Pakan lokalpun jadi tuan rumah dinegri sendiri.

*)(www.radioaustralia.net.au/indon/environ).
**) konon berasal dari India
***)Umbi Beracun Kok Dipiara-Intisari Ags 2005 hal 124
****)Dodol talas tertinggi berbentuk Tugu Kujang pecahkan rekor dunia-Kompas 09-06-2005 hal 19

Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268

Monday, December 12, 2005

Paradigma Baru

Harian “KOMPAS” edisi Jawa Tengah tanggal 12 Desember 2005

Setelah 60 tahun , lahir pemahaman baru tentang pentingnya pendidikan.Walau masih sebatas angka di Rencana APBN 2006,masih tunggu realisasinya,namun ini disyukuri sebagai hadiah terindah bagi bangsa Indonesia pada Ulang Tahunnya ke 60. 60.Dikatakan terindah ,karena pemerintah tampaknya semakin komit cerdaskan anak bangsa setelah lama dijejali slogan dan monopoli interpretasi.
Paradigma baru harus tulus demi kemajuan dunia pendidikan keseluruhan, jangan hanya untuk sekolah negri .Kalau dibedah, ternyata peran dan kontribusi sekolah swasta tidak kecil.KH Abdurrahman Wahid alumni pondok pesantren (ponpes) Tambakberas Jombang, Ketua MPR Hidayat Nurwahid alumni Ponpes Gontor Ponorogo, Megawati Soekarnoputri pernah belajar di Yayasan Cikini. Dalam kondisi sesulit apapun, kontribusi prestasi sekolah swasta dalam mencerdaskan anak bangsa tak pernah surut. Perbaikan pendidikan harus tanpa kecuali.Bukan pemikiran prioritas,superioritas negeri atas swasta.Banyak sekolah swasta berprestasi yang terengah-engah menyejahterakan gurunya karena komit jalankan fungsinya,yakni tetap beri kesempatan belajar yang sama bagi warga kurang mampu.
Departemen Pendidikan Nasional harus dorong agar Sekolah bahu-membahu unjuk diri raih prestasi pendidikan setinggi-tinggi secara adil,bukan melalui koneksi,proteksi dan intervensi hanya dalam upaya meraih predikat sekolah favorit. Kalau tidak teruji secara tuntas, hanya hasilkan prestasi semu. Jangan nodai paradigma baru dengan Ketentuan yang berpotensi Diskriminatif seperti Undang-undang (UU) tentang Guru dan Dosen.Justru sekarang saatnya membersihkan peraturan diskriminatif karena hanya akan hambat anak bangsa berprestasi optimal.
Dukung sekolah berprestasi,Dorong yang berkembang, Tutup sekolah yang hanya mementingkan keuntungan.Sekolah Negeri dan Swasta harus bersatu padu demi pendidikan murah bermutu.

Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia

aslinya :
Kepada yth,
Redaksi Harian “KOMPAS”
Jl.Mentri Sumpeno No.30
S E M A R A N G
Paradigma Baru
Setelah 60 tahun , lahir pemahaman baru tentang pentingnya pendidikan.Walau masih sebatas angka di RAPBN 2006,masih tunggu realisasinya,namun ini disyukuri sebagai hadiah terindah bagi bangsa Indonesia di HUT nya ke 60. 60.Dikatakan terindah ,karena pemerintah tampaknya semakin komit cerdaskan anak bangsa setelah lama dijejali slogan,jargon,propaganda,manipulasi sejarah, monopoli interpretasi.
Banyak harapan.Paradigma baru harus tulus demi kemajuan dunia pendidikan secara keseluruhan.Jangan hanya untuk sekolah negri saja.Kalau dibedah, ternyata peran dan kontribusi sekolah swasta tidak kecil.Gus Dur alumni pondok pesantren Tambakberas Jombang, Ketua MPR Hidayat Nurwahid alumni Pondok Gontor Ponorogo, Megawati pernah belajar di Yayasan Cikini,MenTambem Purnomo Yusgiantoro alumnus SMA Kolese Loyola,Presenter Krisbiantoro-sesepuh pelawak Indonesia Edy Sud(alm) alumnus SMA Kolese De Brito dll. Dalam kondisi sesulit apapun, kontribusi prestasi sekolah swasta dalam mencerdaskan anak bangsa tak pernah surut. Perbaikan Pendidikan nasional harus tanpa kecuali.Bukan pemikiran prioritas,superioritas negeri atas swasta.Banyak sekolah swasta berprestasi yang terengah-engah sejahterakan guru2nya karena komit jalankan fungsinya, tetap beri kesempatan belajar yang sama bagi warga kurang/tidak mampu.Depdikbud harus dorong agar Sekolah bahu-membahu unjuk diri raih prestasi pendidikan setinggi-tinggi secara fair. Bukan melalui koneksi,proteksi,intervensi hanya dalam upaya meraih predikat sekolah favorit. Kalau tidak teruji secara tuntas, hanya hasilkan prestasi semu. Jangan nodai paradigma baru dengan Ketentuan yang berpotensi Diskriminatif seperti RUU Guru Dosen.Justru sekarang saatnya untuk membersihkan peraturan diskriminatif seperti Keputusan Mendikbud No.0170/U.1975*) karena hanya akan hambat anak bangsa berprestasi optimal hanya karena dilahirkan dengan kodrat berbeda-beda.Ini tak sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika.
Dukung sekolah berprestasi,Dorong yang berkembang, Tutup sekolah yang bussines oriented.Negeri-Swasta bersatu padu demi pendidikan murah bermutu. Jadi,indikator pendidikan nasional maju ,bukan dominasi negeri dan swasta tutup disana-sini. Banyak juara Olimpiade Matematika –Fisika dari sekolah swasta, mereka bertarung untuk harumkan nama bangsa dan negara Indonesia.Saatnya paradigma baru dan maju diimplementasikan tanpa diskriminasi.

Semarang ,05 Desember 2005

(Purnomo Iman Santoso)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia

*)Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0170/U.1975*) tentang Pedoman Pelaksanaan Asimilasi di Bidang Pendidikan


Wednesday, December 07, 2005

Buang atau Bersihkan

Harian “SUARA MERDEKA” 07 Desember 2005

Buang Sampah Ditempatnya !Demikian himbauan/ seruan berkaitan dengan menjaga kebersihan. Kemudian, dibangun TPA.Namun kenyataannya sampahpun (hanya) dibuang begitu saja.Sayangnya,tidak terbatas di TPA bahkan di sungai. Dari waktu ke waktu hanya di buang dan malah jadi polusi.Meski sudah ada TPA, pasti suatu saat akan penuh.Resiko polusi air maupun udara mengganggu bahkan merusak lingkungan dan kesehatan. Di masa kecil , lebih sering dengar anjuran dan ajaran kebersihan.Jadi sehabis menyapu , sampah tidak serta merta dibuang begitu saja namun ditimbun untuk pupuk atau dibakar.”Bakar sampah agar tidak jadi sarang nyamuk” ,begitu apa yang diajarkan di SD dulu.
Dijaman sekarang populasi penduduk bertambah ,produksi sampah meningkat pesat. Disadari lahan kosong terbatas. Penanganan sampah dengan pola pembuangan sepertinya harus dievaluasi lagi.Agar tidak terjebak krisis sampah barangkali perlu kembali disosialisasikan Pola Pembersihan dengan pengolahan sederhana dan benar agar bermanfaat.Perlu kampanye nasional mengelola secara swadaya tempat pembersihan sampah.Dengan demikian,kasus terbengkalainya sampah hingga penolakan warga yang lokasinya akan dijadikan TPA tak terjadi lagi.Setelah diolah, dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.Banyak contoh,untuk pola pembersihan sampah yaitu dengan -Kemauan, Kesadaran bersama dan disiplin.Hal ini lebih dibutuhkan daripada technology tinggi dan biaya besar yang rawan manipulasi. Resiko polusi akibat sampah melimpah teratasi.Dengan pupuk daur ulang lingkungan tetap bersih dan asri.


Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268

Friday, December 02, 2005

Rakyat Lebih Rela ...

Harian “KOMPAS” edisi Jawa Tengah tanggal 02 Desember 2005

Sudah sering dimuat media, tingkat mangkir wakil rakyat tinggi.Atau,jika hadir rapat,mereka tertidur.
Masyarakat tak protes Kunjungan Kerja asal sesuai surat tugas, bukan untuk piknik dan belanja.Tak juga protes pengadaan mobil dinas asal dapat menunjang mobilitas dalam memecahkan persoalan rakyat,bukan untuk dem-deman atau sibuk mengantar keluarga belanja dan wisata. Belum lagi berita tak sedap aneka perilaku kotor wakil rakyat,dari terima komisi hingga tertangkap basah mengonsumsi narkotika dan obat terlarang.
Tidak bermaksud membantah dalih dan formulasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan untuk pengambilan keputusan.Namun,sungguh berat hati ini untuk memahami.Tidak juga ingin berdebat,tetapi tak bisa dimungkiri kiprah mereka dalam melayani masyarakat masih jauh dari yang diharapkan.
Petinggi dan Wakil rakyat di perlakukan bagai CEO(Chief Executive Officer) perusahaan besar berprestasi spektakuler,dengan berbagai fasilitas dan tunjangan.Beda mereka dengan CEO sangat tipis.Jika CEO diberi beragam fasilitas agar tidak dibajak perusahaan lain,sedang birokrat dan wakil rakyat diberi aneka tunjangan tampaknya agar tak mudah dibujuk untuk berpihak kepada rakyat.
Petugas sampah dan penyapu jalanan,perannya jelas dalam menciptakan kebersihan lingkungan. Prajurit TNI/Polri keberadaannya di masyarakat dirasakan langsung. Tidak ada istilah bolos setelah libur Lebaran. Bahkan,saat Lebaran pun tetap bertugas.
Ujung tombak ini yang disiplin melaksanakan tugas melayani rakyat.Mereka lebih layak mendapat kenaikan gaji. Kalau rakyat boleh memilih,rasanya lebih ikhlas jika besaran tunjangan untuk pejabat dan wakil rakyat itu diprioritaskan bagi jajaran ujung tombak pelayan masyarakat ini.


Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia