Tamatan SD
Istilah ’’Tamatan SD’’ belakangan ini menjadi populer. Meluncur dari bibir merah merekah sosok-sosok artis yang saling respon sebagai kolega. Jadilah setiap bepergian, tayangan polemik dengan isu tamatan SD mengisi ruang-ruang publik melalui siaran acara yang ditayangkan melalui TV.
Ternyata sosok-sosok artis jelita bagai bidadari baru turun dari pesawat Garuda ini sedang bercanda soal tamatan SD. Begitu gelinya, yang satu mempertanyakan yang lain, sampai tak sadar bahwa dirinya sebenarnya juga tamatan SD. Awalnya, sambil lalu. Tapi lama-lama bertanya dalam hati, memangnya ada apa dengan tamatan SD? Rupanya, tamat SD itu dipandang suatu hal yang remeh sehingga pantas jadi bahan bercanda hingga olok-olok. Sering kita jumpai di perempatan jalan, anak-anak usia sekolah berkeliaran sepanjang hari.
Ada yang berjualan, ada pula yang minta sedekah. Tidak kenal waktu. Di jam sekolah bahkan hingga malam hari, mudah dijumpai sosok kecil, bahkan tak jarang masih mungil yang sering diberi predikat anak jalanan. Jangan-jangan mereka tidak mendapat kesempatan pendidikan sama sekali. Bahkan, Sekolah Dasar (SD) sekalipun.
Sekolah Dasar yang sempat menjadi bahan candaan bagi para jelita adalah barang super mewah bagi mereka. Begitu mewahnya, ibarat sekelas mobil mewah, rumah mewah hingga apartemen mewah yang jadi dambaan selebritas. Bagi yang beruntung mendapat berkat pendidikan, bukannya apa pun jenjang akhir pendidikan yang diraihnya harus melalui Sekolah Dasar? Bertitel S1,S2 ,S3 maupun profesor itu artinya telah melalui tamatan SD. O... tapi saya paham. Yang dimaksud adalah kalau cuma tamatan SD itu apalah artinya. Begitu kira-kira.
Hanya saja, kenapa gelar akademis dipuja-puja, sehingga bila tamatan SD harus dipandang sebelah mata. Tetap apresiasi untuk penyandang title, gelar berderet (apalagi tak hanya dari domestik), dan diraih dengan proses yang semestinya.Tapi sebaiknya tetap dilihat karya,dan kontribusinya kepada sesama. Belakangan KPK menangkap sarjana, doktor bahkan profesor, dan menjadikannya tersangka korupsi. KPK juga sedang menyidangkan seorang jenderal.
Elly Anita, pendidikan Sekolah Dasar Tanjung Karang, Lampung. Dia bukanlah sosok artis maupun selebriti yang cantik jelita, sehingga wajar banyak yang tidak mengenal. Elly Anita ’’hanya’’ TKI. Elly Anita adalah salah satu dari sembilan orang di dunia yang menerima penghargaan ’’pahlawan yang berjasa untuk mengakhiri perbudakan era modern tahun 2009 dari Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (waktu itu), Hillary Clinton. Sebenarnya ada satu sosok yang lebih ’’parah’’ lagi. Beliau adalah Andrie Wongso.
Tapi rasanya kita tak bisa menyangkal bahwa karyanya mulia. Karena membesarkan hati siapa saja. Membangkitkan semangat dari dalam diri siapa saja. Luar biasa! Gelar Andrie Wongso adalah SDTT(Sekolah Dasar Tidak Tamat). Nah kalau yang ini pasti semua orang mengenal. Barrack Obama, Presiden Amerika Serikat, pendidikan diraih di Columbia University, Chicago University dan Havard University. Pendidikan yang benar-benar top.
Tapi, kok mau-maunya mengaku pernah bersekolah di SD Negeri 04 Percobaan,Jl Besuki Jakarta Pusat? Kalau direnung-renungkan, mereka ini memang orang-orang yang kaya karya. Tak sebatas panggung bergelimang cahaya, ruang ber AC, apalagi di layar kaca. Tapi di dunia nyata. Senyata-nyatanya.
Purnomo Iman Santoso-EI Villa Aster II Blok G No 10 Srondol, Semarang 50268