Monday, August 29, 2005

Nasionalisme

Harian “SUARA MERDEKA” , tanggal 29 Agustus 2005

Dalam kamus popular karangan Habey B ,Nasionalisme artinya ;
1. paham kebangsaan ,yaitu yang mengikat perasaan cinta dari penduduk suatu negeri menjadi suatu bangsa dengan ikatan tidak longgar dan tidak lekang untuk mendapatkan kedudukan yang wajar dalam pergaulan sejagad.
2. Haluan bertujuan mendirikan atau memperkuat rasa kebangsaan (nationaal bewustzijn =kesadaran nasional)
3. Semangat persatuan berdasarkan natie
Nasionalisme sering dikemukakan jadi issue populer.Terkini saat Christ John, juara kelas Bulu WBA berlatih dan pertahankan gelar di Australia.Padahal dia tetap bertanding atas nama bangsa dan negara yang dicintainya ,yaitu Indonesia.Pada kamus diatas ,Christ John telah praktekkan point 1 (……untuk mendapatkan kedudukan yang wajar dalam pergaulan sejagad).
Karenana definisi tersebut perlu disosialisasi. Saatnya memahami dengan jernih istilah ini sehingga tidak terjebak kelatahan. Kalau ,hanya karena berlatih dan bertanding di Australia dimasalahkan nasionalismenya, dalam pikiran awam saya, orang nasionalis itu seperti apa ?
Pihak yang permasalahkan perlu instropeksi apakah telah berbuat sesuai definisi.Kenapa tidak ada yang protes Nasionalisme mereka yang terlibat Tragedi kerusuhan Mei,tragedi Trisakti, Semanggi I dan II,dan kejahatan HAM? Kenapa tidak ada yang pertanyakan Nasionalisme para koruptor,konglomerat hitam yang bebas lepas berkeliaran. Patriotkah kreator system pendidikan yang mahal,amburadul dan abaikan kesejahteraan guru. Saatnya Mawas diri dan berprestasi harus dapat priotitas dibanding orasi. Yang pasti banyak W N I yang berprestasi bukan dengan fasilitas,lobby maupun koneksi namun melalui cerdas,jujur,kreatif dan semangat pantang menyerah .Singkat cerita ,Christ John telah harumkan Indonesia.Apalagi menang,ibarat kalahpun Nasionalismenya tidak bisa dibantah maupun diperdebatkan lagi.OK?


Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268





Sunday, August 21, 2005

Lakukan Yang Terbaik

Lakukan yang Terbaik
Harian “SUARA MERDEKA” tanggal 21 Agustus 2005

Masing-masing manusia dilahirkan penuh talenta yang berbeda . mantan dan presiden kita.Presiden Sukarno terkenal pidatonya-orator ulung. Suharto terkenal senyumnya sehingga dijuluki the smilling general. Habibie terkenal kecendekiawanannya, Gus Dur terkenal dengan humor2nya. Megawati (demi kestabilan pemerintahannya) terkenal karena diamnya, SBY ,ke santunannya disamping pinter menyanyi.
Seolah sedang mode ,pejabat /petinggi menjadi penyayi maupun pembaca puisi diacara tatap muka.Jadi tidak disadari penampilannya sering tidak pas walau tidak ada yang (berani)protes. Semua tetap bertepuk tangan meriah. Menyanyi, baca puisi seperti jadi ketrampilan wajib pejabat ketemu rakyat. Tidak masalah menyanyi maupun baca puisi asal jangan sampai terbentuk persepsi semata-mata untuk mengukuhkan eksistensi atau menjadi pemimpin kesempatan salurkan hobby. Talenta berbeda namun semuanya pasti karunia yang istimewa dari yang maha kuasa.Pejabat/petinggi harus berpola baru dalam pemikiran maupun paradigmanya.Di era pemimpin sudah dipilih langsung oleh rakyat , yang paling tepat untuk komunikasi dan kukuhkan eksistensi adalah mode maupun trend lakukan yang terbaik (Do the Best).Dengan demikian yang tidak pandai pidato, menyanyi,baca puisi karena talentanya menulis,mendalang,mendengarkan bahkan No Talking-No Singing,Action Only tidaklah harus selalu deg2an maupun berkecil hati saat acara temu warga. Terbiasa lakukan segala sesuatu yang terbaik,maka akan menonjol sendiri secara wajar.Terlalu paksakan diri bisa berkesan cari popularitas. Pidato,menyanyi,baca puisi kalau memang tidak ada talenta terasa membosankan dan tanpa makna. Tidak semua (bisa jadi) Basofi Sudirman ,Rendra maupun Bung Karno.


Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
--------------------------------------

Thursday, August 11, 2005

Kenyataan Ironis

Kenyataan Ironis
Harian “KOMPAS” edisi Jawa Tengah 11 Agustus 2005

Bepergian dengan bis umum ekonomi membuat melihat realita. Seolah melengkapi derita awaknya yang langganan pungutan liar di sepanjang perjalanan ,penumpangpun tanpa kecuali.
Ada yang mengaku pengamen, diawali “mohon maaf kalau mengganggu”,minta kepedulian terhadap anak-anak jalanan terlantar, daripada mencuri lebih baik mengamen,cari kerja sulit – sepertinya jadi hafalan wajib.Ironisnya penampilannya tidak cerminkan keprihatinan.Tampil bak selebritis,lengkap anting dan rambut yang disemir ,walau menyanyi asal-asalan. Mengantuk? jangan harap. Apalagi kalau penumpang wanita ,tangan tak bertatakrama segera mengusik dan mungkin dengan kurang ajarnya .
Kelompok lain, berdalih meminta bantuan.Amplop bertuliskan sedekah dibagikan pada penumpang.Model ini terkesan santun bahkan religius.Diawali dengan khotbah”Beruntunglah anda2 sekalian, namun janganlah lupa, kewajiban orang sukses adalah membantu saudaranya yang tidak mampu”.Yang disampaikan tidak salah.Namun orang sehat,normal dan pandai minta dibelas kasihani?Sungguh ironis dan tidak bijak karena tak mensyukuri karunia Tuhan. Acara Buka Mata di Trans TV pernah menayangkan Suraji dari Bekasi.Dengan kegigihannya bisa berdikari menjadi loper Koran .Sebelumnya menjadi guru mengaji.Ironisnya dia 20 tahun lumpuh.
Terakhir,berbekal keterampilan dan benar-benar berprofesi pengamen.Tampil apik dan sopan , walau kelompok ini jarang.Mereka terdesak oleh dua kelompok diatas yang jadi trend.Suatu hari dalam perjalanan ke Madiun,di terminal Magetan naik serombongan pemuda bertampang “seram”, gondrong dengan aneka peralatan musik.Setelah mengucapkan salam, mereka melantunkan tiga lagu dengan bagusnya.Wajah lelah penumpang terhibur puas. Mengaku kaum miskin kota, sambil edarkan topi.dengan santun minta agar para penumpang tidak beri uang terlalu banyak.Mereka tak mau keasyikan jadi pengamen dalam bus umum…wow!
Acara Buka Mata di Trans TV 26-10-2004

Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia
----------------------------------------------------------------

Monday, August 01, 2005

Harus Pedang

Harus Pedang
Harian “SUARA MERDEKA” tanggal 01 agustus 2005

Pedang termasuk kategori senjata tajam .Dibuat dari logam pilihan.Kecuali pegangan , seluruh bagian dari kedua sisi apalagi ujungnya semuanya tajam. Kekuatan dan ketajamannya tidak diragukan lagi.Bisa untuk menebas hingga menusuk kesegala arah.Bila kena sasaran dijamin tuntas.
Karena keistimewaannya,maka sang Dewi Keadilan dibekali pedang.Demi keadilan, tidak segan membabat kejahatan yang ditemui. Dimanapun posisinya; diatas–vertikal,sejajar-horisontal,maupun dibawah, akan terjangkau dan sulit mengelak dari hunusan hingga tebasan pedang sang Dewi Keadilan.
Ini semua adalah rekaan saya sebagai orang awam ,kenapa harus pedang yang menjadi salah satu perlengkapan sang Dewi Keadilan.
Kenyataannya sering yang menjadi korban tebasan justru hanya pelaku kejahatan yang dibawah. Dikhawatirkan,kejadian ini muncul karena sang Dewi Keadilan keliru berbekal senjata.Dia hanya berbekal senjata khas seperti golok,badik,mandau, rencong bahkan mungkin clurit yang tajam satu sisi saja. Kalau ujungnya tajam,posisi melengkung.Karena design ketajamannya yang pro gravitasi ,jadinya hanya tajam untuk memotong, membacok dan menusuk kalau kebawah.Namun menjadi tumpul kalau keatas.Saatnya senjata yang membekali Dewi Keadilan di Indonesia kembali diganti pedang.Bukan yang lain-sekalipun cambuk .Karena konstruksi pedang memungkinkan tajam kesegala arah.


Purnomo Iman Santoso
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
-------------------------------------