Friday, July 02, 2010

Keselarasan Jiwa-Tubuh-Pikiran

Harian Suara Merdeka tanggal 2 Juli 2010

Ketika sukses diartikan kekayaan materi, sering dijumpai lomba membabibuta untuk meraihnya. Memuja materi akibatnya terjebak keyakinan menghalalkan segala cara sebagai kebenaran baru. Apalagi ada mitos bahwa sekarang jaman edan dengan pemahaman ”nek ora ngedan ora kedhuman”. Keyakinan dan pemahaman ini ditunjang lagi dengan dalih bahwa dengan adanya perubahan jaman, otomatis semuanya berubah.

Pada kenyataannya tidaklah sesederhana itu. Hal-hal hakiki tetap ada, kebenaran universal tetap dan berlaku di mana saja di belahan dunia ini. Setiap manusia, dari jaman ke jaman masih terdiri atas unsur-unsur soul (jiwa)-body (tubuh) - mind (pikiran). Kualias hidup ditengarai sebagai output dari input yang selaras pada unsur-unsur ini.

Di era keterbukaan informasi dan kemajuan teknologi, mind banyak diartikan sebagai kenikmatan duniawi. Sering mind berkuasa dengan kebenaran semu. Body banyak digoda dengan iming-iming dan suap aneka sarana untuk memanjakan ragawi. Soul yang sering paling terabaikan.

Ingar-bingarnya kreasi mind dan body seringkali tak peduli suara hati. Soul dibuat tuli dengan dalih-dalih canggih pembenar. Semudah itukah soul dibungkam? Tampaknya tidak. Soul selalu memberikan peringatan dini dalam ujud kegelisahan yang terus-menerus akan berdering bagaikan ”early warning signal” jika datang tsunami.

Kegelisahan, bila tak cepat diantisipasi akan menggerus pikiran, berdampak stress. Dan turunnya daya tahan yang berujung pada sakit akut menggerogoti tubuh. Pada akhirnya terwujud ungkapan ”muda cari kekayaan korbankan kesehatan.Tua cari kesehatan korbankan kekayaan”. Di saat seperti ini akan terjadi penyesalan karena salah memaknai sukses. Sayang, waktu tak bisa diputar mundur.

Manusia ciptaan-Nya yang paling istimewa, karena dikaruniai akal budi. Kodratnya harus berusaha(memanfaatkan mind dan body) dan berdoa (melayani jiwa). Sepakat dengan pendapat para orang bijak, lahir, rejeki, jodoh dan kematian, merupakan kewenangan sang Pemberi Hidup. Bukan hanya karena kehebatan upaya manusia. Memahami ini, sukses pun punya alternatif makna.

Sukses boleh dimaknai sebagai suatu kondisi dimana kita kaya karya unggul yang bermanfaat bagi keluarga dan juga bagi orang banyak. Dengan demikian, soul-body-mind mendapat input secara selaras. Outputnya adalah kesuksesan dalam arti yang lebih indah. Perjalanan hidup pun akan dilalui secara bermakna, sehat, bermanfaat dan bermartabat.

Purnomo Imam Santoso-EI
Villa Aster II Blok G No 10
Srondol, Semarang 50268