Naik Kereta Api Yuk...
Saat saya masih anak, tahun 1970-an, melihat kereta api (KA) melintas berarti harus berjalan kaki sejauh satu kilometer dari rumah, petang hari. Meski demikian, masih beruntung, karena KA saat itu masih dimanfaatkan sebagai moda transportasi umum. Tahun 75-an KA perlahan tapi pasti perannya meredup. Banyak stasiun yang tak terawat. Diikuti beralih fungsinya area sekitar stasiun jadi warung hingga kios.
Rel pun mulai hilang ''ditelan bumi" karena pelebaran jalan, dan lainnya. Gerbong, lokomotif, entah kemana, karena transportasi mulai digantikan produk industri otomotif melalui bertebarannya kendaraan pikap/minibus merk Mitsubishi yang larinya lebih kencang dari kereta api. Tahun 1998-an saya naik KA. Stasiun jauh dari tertib, calo karcis berkeliaran.
Saat itu di kelas bisnis, di gerbong banyak pedagang asongan, tukang ngamen hilir mudik sepanjang perjalanan. Asap rokok memenuhi gerbong. Meski sudah menjadi mantan perokok, kepala terasa pusing dan nafas sesak.
Sejak tahun 2009 saya sering ke Surabaya dengan naik KA Rajawali. Perjalanan sudah lebih nyaman. Gerbong lumayan bersih, jam perjalanan relatif tertib, tak ada lagi asap rokok. Hingga kini, saya lebih sering menggunakan kereta bila bepergian ke Surabaya atau Jakarta.
Pertengahan Februari 2013 ke Surabaya. Ternyata sudah semakin tertib. Area tunggu dengan kursi berjajar rapi di Stasiun Tawang atau Pasar Turi. Bahkan pengantar sudah tak lagi diizinkan masuk ke peron, penumpang harus menunjukkan KTP. Tak cocok ditolak. Petugasnya muda-muda dan disiplin. Gerbong semakin bersih.
Polisi khusus KA (Polsuska) yang masih muda-muda hilir mudik, termasuk memeriksa pintu-pintu gerbong, memberi rasa aman pada penumpang. Di perjalanan nampak pengerjaan rel ganda sudah menuju ke arah Surabaya. Stasiun-stasiun direnovasi, diperbaiki, logo baru dan corporate identity baru, warna abu-abu tua dan oranye serta tanda panah. Menurut perkiraan saya, bermakna "bergerak cepat/melesat".
Ada kabar, sejak Lebaran tahun 2012, PT KAI menerapkan kebijakan bahwa penumpang harus duduk. Belum selesai gaung berita positif ini, ternyata berita gembira terus berlanjut. Bahwa semua gerbong kelas ekonomi akan segera ber-AC.
Pelayanan pembelian tiket pun secara online. lni wujud kepedulian PT KAI untuk mencegah masyarakat jadi korban calo, tak sebatas slogan dan jargon. Bahkan tiket bisa dibeli di mini market online modern yang tersebar hingga pelosok. Ada kenaikan harga tiket, namun dengan kemudahan dan peningkatan layanan, seharusnya harga menjadi jauh lebih realistis, dan setimpal, manusiawi. Daripada karcis murah meriah, namun kereta kotor, tak aman, penumpang berjejal, bahkan di atap dengan risiko bertaruh nyawa hingga cacat, celaka.
Tidak terbayang bila rel ganda rampung. Frekuensi perjalanan KA akan meningkat pesat. Ini sepertinya akan terealisasi dalam waktu tidak Iama. Jakarta-Surabaya PP akan ditempuh dalam waktu jauh lebih singkat.
Kalau sekian waktu lalu di tempat strategis atau jalan raya sering dipasang papan safety riding, safety driving, pemberitahuan jumlah MD (meninggal dunia), LB (luka berat), LR (luka ringan), sekarang papan tersebut tak lagi nampak (mencolok) Iagi.
Yang perlu dicermati, hilang-nya papan-papan tersebut tampaknya bukan karena zero accident. Bisa jadi, mungkin, karena jumlah kecelakaan lalu lintas cenderung meningkat (pesat) dari waktu ke waktu.
Kalau sudah begini, apakah masih mau mengemudi jarak jauh, mudik naik sepeda motor antarkota. Naik kereta api yuk...Sekarang sudah jauh lebih nyaman dan aman.
Namun toh ada kejadian yang mengusik nurani. Di tengah upaya e-tiketing penataan jadwal kereta api yang belum sempurna di Jabotabeka, seperti ditayangkan salah satu TV swasta, ada ketidakpuasan yang disalurkan dengan merusak sarana dan fasilitas di salah satu stasiun KA.
Banyak yang sudah telanjur jatuh cinta pada layanan PT KAI. Rasanya sungguh tidak rela upaya konstruktif justru direspon (segelintir orang) dengan semangat destruktif.
Albert Einstein bilang bahwa energi itu kekal adanya. Jadi, bila menebar energi merusak/negatif, kelak energi itu juga yang akan dituai. Juga sebaliknya. Tak bisa dihindari.
Harapannya, masyarakat dan PT KAI bisa tumbuh kembang saling menyayangi. Memang, ada yang belum sempurna dalam pelayanan. Namun, seharusnya menjadi hal yang dimaklumi, karena aura memberikan yang terbaik energi positif, terpancar kuat dari jajaran PT Kereta Api Indonesia. Terus tingkatkan kualitas service-security-respon. Maju terus PT KAI sebagai sarana moda transportasi masyarakat luas. Semua akan indah pada waktunya.
Purnomo Iman Santoso EII
Villa Aster II Blok G No 10
Srondol, Semarang 50268