Friday, December 21, 2007

Era IT,Tapi Masih Berperilaku Feodal

Suara Merdeka tanggal 21 Desember 2007

Zaman prasejarah dimulai sejak zaman batu yang berlanjut ke era sejarah kerajaan/feodalisme yang diruntuhkan oleh kapitalisme dengan lahirnya Trias Politica hasil revolusi borjuasi di Prancis.Era dimana Negara berdasar demokrasi dengan bentuk Negara republic.Perubahan ini butuh waktu berabad-abad lamanya.
Era IT dimulai tahun 1960 dengan memperkenalkan mikrokomputer yang tahun 1970 menjadi Personal Computer(PC).Tahun 1980 IT merambah management organisasi modern dan 1990 globalisasi informasi ditandai dengan diperkenalkannya internet.Tahun 1993 internet menggunakan jalur telepon mampu mentransfer data,istilah online samar dikenal.
Auto Teller Machine(ATM)muncul,dioperasikan dengan menggunakan jaringan kabel LC(Least Channel)milik Telkom(disamping VSAT).Tahun 2000 PDA(Personal Digital Assistant)sebagai alternative personal computer,kabel digantikan nirkabel sehingga(mulai)dikenal dengan GPRS(general packet radio service),Bluetooth untuk koneksi internet.
Berselang singkat,2005 teknologi WiFi(wireless fidelity)dipopulerkan sebagai alternative.Untuk melakukan koneksi internet bisa dengan mudah di hot spot(ruang yang dipersiapkan dengan teknologi WiFi).Rasanya WiFi belum sepenuhnya akrab,tahun 2007 ini sudah harus siap-siap menyongsong teknologi nirkabel Wimax(world wide interoperability for microwave acces)yang akan membuat koneksi internet dengan mudah dilakukan dalam suatu area(tidak lagi terbatas ruang).
Menengok tahun 2006,media memperkenalkan Ethernet potensial jadi alterntif internet.
Sekedar perbandingan,internet mentransfer data dengan kecepatan 60 kbps(kilobyte per second)maka WiFi mampu transfer data 11 Mbps(Megabyte per second).Wimax (mampu) mentransfer data 75 Mbps dalam radius 50 km.Ethernet, bisa mentransfer data Mbps dengan kecepatan 10 Gbps(gigabite per second=10.000 Mbps),dalam radius 50 km.
Tak perlu berabad,IT merubah sangat cepat kehidupan manusia.
Tapi dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi. dari arah belakang terdengar sirene mobil Polisi mengawal berderet mobil plat merah,meminta kendaraan didepannya memberi jalan.Selang tidak lama dari arah depan muncul lagi mobil Polisi mengawal pejabat yang akan lewat.Saking seringnya,kejadian ini akhirnya dianggap biasa.
Bahkan sekarang,moge atau (juga) mocil(motor kecil)pun berperilaku sama.Begitu berombongan,hasratnya menjadi besar dan berperilaku bak penguasa.Sekelebat saya ingat komik Yan Mintaraga,Hans Jaladara,Kho Ping Ho,Gan KL yang menggambarkan kalau raja/hulubalang/prajurit kerajaan lewat maka rakyat harus minggir sambil bersimbah debu.
Kalau tidak,akan kena cambuk,kena tabrak kuda.Memang diatur UU.Hanya saja,diabad 21,di era IT yang berubah sangat cepat dan petinggi dipilih langsung oleh rakyat,kok masih melanggengkan perilaku yang bersemangat zaman feodal.

Purnomo Iman Santoso-EI
Villa Aster II Blok G No. 10,Srondol
Semarang

Monday, December 17, 2007

Peran Paperless Akan Meningkat

Suara Merdeka tanggal 17 Desember 2007

Sekitar tahun 1975,teve masih barang mewah.Saya yang tinggal di desa kalau nonton teve mesti ke kantor kecamatan.Teve hitam putih yang ditempatkan di “kotak panggung” tersebut baru bisa ditonton warga mulai pukul 17.00 s.d jam 21.00 dengan siaran dari TVRI.Tapi dalam waktu singkat,tontonan tersebut sudah merambah pedesaan dan jadi barang biasa.
Suara Merdeka,Korannya Wong Jawa Tengah,Perekat Komunitas Jawa Tengah dengan visi Semar nya tampaknya masih sarat dengan semangat sebagai Koran lokal.Memang ada Cyber News,namun berkesan masih (dianggap)terbatas pembacanya.Mungkin pertimbangannya,koneksi internet dinilai mahal.
Ada baiknya harian ini sigap mengantisipasi.Konsekwensinya harus ada refreshing terhadap motto dan slogan.Sekarang mungkin masih didominasi spirit dijangkau dengan Koran”tradisional”(menggunakan kertas) sehingga wong JaTeng yang ada di Jakarta,Surabaya dan lainnya bukan jadi prioritas.Dengan kemajuan IT,harian ini harus berparadigma baru bahwa Cyber News akan meningkat perannya.
Dengan demikian Perekat Komunitas Jawa Tengah dan Visi Semar menjadi relevan (tidak hanya)untuk orang Jateng yang tersebar di seluruh Indonesia,namun juga sejagad raya.Saya pikir(ini) tidak terlalu muluk kalau kita mencermati surat pembaca dari Bambang Haryanto beberapa waktu lalu yaitu”Bangsa gaptek dan tidak gaul”yang direspon WNI yang tinggal di San Bernardino,California AS”Teguran dari San Bernardino”.
Perkembangan IT telah memunculkan virtual manager,small office home office/SOHO,Branchless corporation.Dalam imaginasi saya ,dengan teknology Wimax,jangan-jangan nantinya koneksi internet akan jadi sarana massal untuk menangguk informasi yang menjadi salah satu”kebutuhan pokok”di era modern.
Sebagai awam saya memperkirakan bahwa dalam waktu singkat internet akan mudah dan murah dinikmati seperti teve yang bisa dijangkau di rumah bahkan dalam kendaraan bergerak sekalipun.Ini pangsa pasar yang harus dicermati,diantisipasi untuk diolah menjadi pasar SM yang tidak main-main.
Globalisasi informasi dan teknologi telah mewujudkan mantra Act locally,think globally menjadi nyata.Ditambah dengan mobilitas warga Jateng yang juga makin mengglobal,sebaiknya SM tampil seperti Indovision yang dapat ditangkap jernih dimana saja.Sekedar urun rembug.

Purnomo Iman Santoso-EI
Villa Aster II Blok G No. 10,Srondol
Semarang

Sunday, December 16, 2007

Mengatasi Tawur

Suara Merdeka tanggal 16 Desember 2007

Tawuran pelajar di kota-kota besar kini nampaknya semakin kronis sehingga membuat orang tua semakin cemas.
Disebuah majalah beberapa waktu lalu ada tulisan tentang kegiatan yang penuh tantangan sejenis outbone,arung jeram lainnya untuk para siswa tukang bermasalah/tukang tawur.
Dikisahkan pemimpin kelompok siswa yang tukang tawur saat harus melaksanakan kegiatan yang penuh tantangan,ternyata penakut.
Tapi kenapa saat tawur dia tampil bak hero atau jagoan.Yang menjadi biang onar,tokoh kegiatan berbau sok jagoan tak jarang anak-anak dari kalangan tertentu.Menonjol karena orang tuanya berpengaruh karena kekayaan maupun kekuasaannya.Pihak sekolahpun merasa sungkan menegur apalagi menghukum si anak.
Bahkan bisa terjadi orang tuanya malah minta perlakuan khusus dan membela mati-matian si anak meski jelas dia menyimpang.Fenomena ini bukan tak mungkin jamak terjadi di lembaga pendidikan.Si anak menjadi hero karena membonceng dan di back up
Pengaruh orang tua,kemudian membentuk kelompok yang anggotanya mendadak jadi pemberani karena ada backingnya.
Jalan satu-satunya menghentikan kebanggaan menyimpang tersebut adalah dengan menumbuhkan kesadaran siswa akan haknya.Biasanya siswa diberitahu kewajibannya dari aturan sampai sanksi.Agar seimbang,perlu juga disosialisasikan kesadaran siswa akan hak mendapat suasana belajar kondusif.
Bila ada segelintir siswa”hero” yang merusak suasana belajar dengan dalih solidaritas(untuk kelompoknya)maka perlu ada tindakan tegas,tanpa peduli siapa orangtuanya.Perlu diingat,korban fatal tawur justru banyak dari luar kelompok dan seringkali tidak tahu apa-apa.
Sekolah perlu berkoordinasi .Menarik bila antar pemimpin gang tawur dipertandingkan secara ksatria satu lawan satu,dalam setting olahraga beladiri yang diawasi wasit berpengalaman tapi tidak untuk berkomite full body contact.Ini untuk uji nyali yang sebenarnya serta menyalurkan kelebihan energi pada kegiatan sportif.
Penting juga siswa tahu haknya dan si pengecut ketahuan belangnya.Effektif untuk efek jera dan tumbuh “antibodi” yang solid.Tawur hingga gang motor akan hilang dengan sendirinya.Lahirlah generasi muda sprtif yang ditandai munculnya banyak Chris john yunior dan Lamting yunior.Mungkin resep ini bisa dicoba.

Purnomo Iman Santoso-EI
Villa Aster II Blok G no.10,Srondol
Semarang