Saturday, September 25, 1999

Hikayat Diam dan Gemar Bicara

Harian Kompas 7 September 1999

Saat ini banyak bermunculan pengamat ,pakar,politisi dan tokoh untuk menyuarakan pemikiran , pendapat sampai opini yang konon dimasa lalu nyaris tak terdengar bahkan hanya sendiko dawuh.Pemikiran itu mulai dari analisis presiden yang berkaitan dengan gender,muslim-non muslim,hingga yang terkini, saling berebut bicara tentang visi presiden.Kelompok ini tampaknya saling berlomba untuk didengar rakyat sebagai yang paling besar,yang palin jago buat konsep visioner.

Diantara mereka tampaknya ada kode etik bahwa “sesama tukang mikir dan tukang omong tidak boleh saling mendahului”.Sebagai sasaran adalah si Diam.Si Diam diopinikantidak punya konsep ,tidak punya visi ,tidak pengalaman,misterius dan lain lain , hanya karena diam.

Untyuk para pemikir yang sarat visi dan gemar bicara saya ingin mengingatkan ungkapan orang pandai ,bahwa yang sudah berjalan di Indonesia saat ini adalah , “We are too smart to think many things, but not too smart to implements those all”.Untuk si Diam , dia tidak selalu identik dengan tanpa konsep dan visi.Justri diam bisa karena sarat bertindak berdasarkan konsep dan visinya , dan ini yang dibutuhkan bangsa indonesia untuk masa depan.

Perlu mencermati Hikayat si Diam dan si Gemar Bicara karena waktu juga yang akan membuktikan siapa diantara mereka yang hanya bicara dan mana yang bertindak secara benar ,tulus dan memberi manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia.

Purnomo Iman Santoso
Jl.Kusuma No. 6
Kebumen