Monday, April 06, 2009

Pamer kepada siapa?

Kompas edisi Jawa Tengah tanggal 6 April 2009

Setiap tiba musim kampanye,sejujurnya pasti banyak masyarakat yang tidak nyaman.Walaupun pemilu dianggap sebagai pesta rakyat,ironisnya banyak rakyat yang gundah.Apalagi kalau penghelatan kampanye berhubungan dengan partai besar.Hampir dipastikan kemacetan,rasa was-was dan terlantarnya warga yang akan beraktivitas,terasa menghantui.
Kampanye terbuka untuk ajang bertemu muka dalam rangka memaparkan program kerja kepada rakyat banyak,telah menyimpang. Lebih parah lagi,petinggi partai lebih berpikir kampanye terbuka identik dengan pengerahan massa berikut pamer.Lagu dangdut, pawai kendaraan bermotor yang memadati jalan raya,ketidak tertiban,ugal-ugalan,dan masyarakat umum “diminta memahami”.
Semangat pamer (show of force),itu membuat peserta pawai (yang itu-itu juga) merasa direstui untuk mengabaikan ketertiban umum.Sebenarnya apa manfaat pamer begitu? Kok seperti mau perang saja.Di Indonesia yang lebih maju,sepertinya lebih baik pamer kreativitas,pamer solidaritas,dan pamer inovasi.

(Purnomo Iman Santoso)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia