Monday, July 27, 2015

Hormati Anak,Sayangi Orangtua

Harian Suara Merdeka tanggal 27 Juli 2015

Judul di atas terasa tidak lazim.Hormati orang tua,sayangi anak, ungkapan yang sudah mengakar kuat karena ditanamkan dari generasi ke generasi termasuk melalui pendidikan agama. Sayangnya penekanan hormati orangtua hanya ke sisi kewajiban anak.
Sayang anak pun saat lucu dan nggemesin. Ada yang perlakukan anak bak boneka, didandani sesuai selera orangtua meski anak kegerahan dan tak nyaman. Pernah dengar kisah ortu yang ”begitu sayang dengan anaknya” (tapi) tega menggunting jersey basket kesayangan anak karena beranggapan hobi basket”tak bermasa depan”?
Definisi berkumpul anak pun harus menurut tafsir ortu. Pas orangtua cuti,pas jalan ke mall. (Ironis lagi bila) pas anak sakit. Harapan anak tak selalu sesuai dengan logika orangtua. Anak mendambakan tidur bareng ortu. Dengan dalih kemandirian, anak tidur dengan baby sitter.
Ketika dalih dibuat dalam banyak kemasan berdasarkan keunggulan berlogika orang dewasa, pembenaran pun jadi Kebenaran.Tak disadari saat terbukanya peluang penindasan terhadap anak,diawali.
Sangat mungkin pada saatnya nanti, ”ilmu” yang sama akan diterapkan anak.Saat kecil dengan dalih sayang,ortu menitipkan anak pada baby sitter,karena ortu harus kerja cari uang demi anak. Akhirnya,anak pun terbiasa berkalkulasi untung rugi ke orang tua.Saat dewasa bisa jadi merasa lebih ”efisien” menitipkan ortu ke panti wreda,daripada kesibukannya mencari uang terusik.
Ingar bingar kejadian memilukan terhadap anak yang sering terjadi belakangan ini janganjangan karena terjadi bias akut memahami filosofi hormati orang tua, sayangi anak yang dirasakan terlalu berat sebelah.
Dominasi kepentingan orang dewasa, akibatnya tak sepenuhnya memperhatikan hak-hak/kebutuhan anak.Orang tua sebagai sosok lebih matang secara kecerdasan, emosional, spiritual, ditantang lebih memahami anak.Bila proses ini berjalan baik, pada saatnya nanti secara otomatis akan terjadi relasi yang lebih indah.
Orangtua merawat membesarkan dengan menghormati dunia anak,sebaliknya anak pun di kemudian hari akan perhatian, sayang orangtua yang dalam kenangannya telah membesarkannya sepenuh hati(meski mungkin dengan segala keterbatasan).
Hakikatnya, kasih sayang tak bisa dikonversi dengan materi- /uang, karena akan menjadi semu,dan rapuh.
Tak bermaksud merombak tatanan yang sudah terbentuk melalui ungkapan hormati orangtua, sayangi anak.Tapi alangkah bagusnya bila dilengkapi dengan ungkapan hormati(hak) anak, sayangi orang tua.Rasanya,akan lebih berimbang. Kalau orangtua adalah wakil Tuhan,maka jangan lupa, anak adalah titipan Tuhan. Dengan pemahaman baru mudahmudahan relasi anak dan orangtua akan terjalin secara sehat. Sehingga terbangun ikatan batin berdasarkan ketulusan sejak dini.
Purnomo Iman Santoso-EI
Villa AsterII Blok G No 10
Srondol, Semarang