Tuesday, June 25, 2013

Aktivasi Hawa Murni

Harian Suara Merdeka tanggal 25 Juni 2013

Era reformasi memunculkan sosok seperti Andrie Wongso,Tung Desem Waringin, Mario Teguh. Di tengah kecenderungan spirit membangun sekat mewabah, mereka menumbuhkan nuansa yang sebaliknya. Dalam setiap paparan, bukanlah sebagai yang paling benar, tapi yang muncul adalah semangat berbagi/sharing terkait kebenaran dan kebaikan universal, yang sebenarnya ada di setiap budaya.
Siapa sosok ini? Sosok yang belum tentu lulus sebagai penatar di era dulu? Darimana kualifikasi mereka diperoleh? Sudahkah mereka ikut sertifikasi? Ternyata ''kualifikasi'' mereka diperoleh dari kawah Candradimuka kehidupan. "Sertifikasi" mereka didapat setelah berproses panjang kuliah di universitas kehidupan.
Bukan persyaratan jenjang karier maupun lulus uji lembaga resmi penerbit sertifikasi. Andrie Wongso yang mengawali berbagi kalimat motivasi yang berasal dari perenungan pribadinya, melalui kartu-kartu ucapan yang dijajakan secara door to door. Mario Teguh, Tung Desem Waringin, mantan eksekutif di bank terkemuka, berbagi pengalaman perjalanan hidupnya berliku, raihan jenjang kariernya merangkak dari bawah, tidak instan. Saat berbagi, mereka menyentuh sanubari, dimana sang kecerdasan spiritual berada. Sharing mereka menyadarkan bahwa ada ''hawa murni'' yang luar biasa dalam diri masing-masing individu, namun (mungkin) sekian lama terbonsai dan kerdil oleh doktrin, jargon dan slogan.
Untuk mengaktifkan hawa murni ini bisa dioperasikan sendiri. Semua insan, apa pun latar belakangnya mampu, asal mau mendengar, membuka mata hati dan berproses. Paparan mereka seolah menjadi oase di tengah masyarakat yang kehausan makna ketulusan. Yang dibagikan sosok-sosok ini  lebih dirasakan sebagai pencerahan.
Tema dan pola cuci otak, jargon, dan slogan pun, dirasa semakin tidak relevan lagi. Di era keterbukaan Informasi, pencerahan yang berdampak mengoptimalkan seluruh talenta secara total lebih dibutuhkan untuk struggle dan survival, bahkan untuk menghasilkan inovasi, kreasi, dan terobosan.
Seperti gerakan tai chii, aktifasi hawa murni akan menghasilkan energi yang perlu saluran untuk  aktualisasi. Getaran-getarannya akan menjadi stimulan yang terus menguat secara simultan dan masif seiring berjalannya waktu. Ini akan terekam dalam ''skala Ritcher''. Artinya, akumulasi  energi positif akan mendesakkan diri dalam kekuatan besar.
Epicentrum semakin menyebar dengan kedalaman bervariasi dimasing relung hati setiap sanubari. ''Gempa dan tsunami'' energi positif akan menjadi berkah bagi siapa saja yang selalu bersyukur. Kalau pun ditafsirkan sebagai ''bencana'', itu bagi yang memuja ketamakan, karena akan menghancurkan kekokohan menara gading penuh dinding-dinding penyekat. Yang dibangun dengan keangkuhan argumentasi dengan memberhalakan kecerdasan logika yang sarat adonan manipulasi untuk tujuan menjadikannya istana bermukimnya sang keculasan.
Bangunan baru  berpondasi kokoh dan yang lebih bersemangat menyatukan untuk bangkit sebetulnya telah mulai berdiri. Menggunakan campuran material baru dengan komposisi yang lebih berimbang. Material itu  bernama nurani. Nantinya akan berdiri bangunan-bangunan yang lebih berjiwa tempat suara hati bermukim. Bangunan bukan untuk ajang saling adu dogma apalagi adu domba. Tapi bangunan bertabur cahaya dogma untuk menuntun umatnya agar paham makna ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pencerahan yang dilakukan Andrie Wongso, Mario Teguh, Tung Desem Waringin dan para motivator bisa dimaknai dengan  menyebarkan energi positif dan semangat konstruktif. Kehadiran mereka tanpa embel-embel atribut, tanpa berperilaku bak pertapa, tanpa kefasihan bertutur untuk mengesankan sebagai sosok resi.
Bahasanya pun terasa bersahaja, kadang menggelitik syaraf tawa. Canda yang muncul karena menertawakan diri, bukan lawakan untuk mencemooh orang lain. Bahasa dan canda khas orang biasa. Para motivator, atau apapun sebutannya, sebenarnya adalah berkah alam semesta bagi rakyat Indonesia.
Mereka pemicu untuk membangkitkan semangat di saat krisis melanda. Apa yang mereka bagikan tetap senafas dengan nilai-nilai  Pancasila. Tapi paparan lebih berupa sebaran yang menjadi himpunan-himpunan hawa murni yang terus berhimpun bergerak bak bola salju. Maka pada saatnya tak akan bisa dibendung lagi untuk berdampak luar biasa positif.
Purnomo Iman Santoso-EI
Villa Aster II Blok G No 10
Srondol, Semarang 50268