Thursday, November 02, 2006

RUS(u)H

Harian “SUARA MERDEKA”, tanggal 02 November 2006

Liga inggris punya motto Kick and Rush.Ditahun 1990 salah satu bintangnya bernama Ian Rush.Tidak jelas apakah ada hubungannya motto.Yang pasti Ian Rush sangat disegani back dan kiper lawan.Begitu menguasai bola didepan gawang lawan, hampir dipastikan GOL oleh Kick and Rush nya. Aksinya selalu menawan dan mendapat applaus penonton.
Rush=menyerbu. Rush di Inggris identik dengan ketrampilan dan sportivitas.Di Indonesia Rush dirasakan sebaliknya bahkan identik dengan trauma.
Sejak diluncurkannya Pakto 88 tentang deregulasi perbankan,bersamaan dengan itu pula muncul wabah rush.Bank swasta nasional silih berganti kena rush.Puncaknya Thn 1998 masyarakat dibuat panik oleh aneka issue yang menerpa dunia perbankan swasta nasional.Berduyun-duyun mereka melakukan Rush/menyerbu ke kantor bank untuk mengambil uangnya.Memahami artinya,tampaknya perilaku rush bukan hanya terbatas di dunia perbankan.Namun menjalar ke sektor lain.
Awalnya di Kalimantan.Setiap musim kemarau,warga dikhawatirkan wabah penyakit ISPA=Inveksi Saluran Pernapasan Akut.Apalagi bagi orangtua yang punya anak kecil,akan sangat resah.Ini karena setiap musim kemarau udara yang dihirup kena asap pembakaran lahan hutan.Rush asap tidak terbatas di Kalimantan,namun sudah sampai ke Malaysia.
Di Jawa Timur berbeda lagi.Masyarakat beberapa desa di Porong-Sidoarjo kali ini benar-benar dibuat prihatin akibat rush lumpur.Serbuan Lumpur sudah lebih dari empat bulan tidak tahu kapan berhentinya.Hal ini makin mengkhawatirkan warga karena musim hujan sudah diambang pintu.
Pedagang eceran minyak tanah pun beberapa waktu lalu di rush.Para pelanggan rela antri berjam-jam dengan membawa kartu keluarga demi mendapat satu jerigen kecil minyak tanah yang mendadak sulit didapat dan harga melambung tidak karuan.
Di liga sepakbola Indonesia yang dibiayai uang rakyat,bukannya Kick and Rush yang diperagakan.Pemain lebih merasa top kalau bisa memeragakan Kick Boxing.Penonton pun piawai me rush ke lapangan.Agar mendapat predikat bonek,rush pun tidak cukup,karena harus Rus(u)h.Indonesia Maju bila tradisi rush yang menyimpang ini di hentikan.

(Purnomo Iman Santoso-EI)
Villa Aster II Blok G No.10
Srondol,Semarang.50268

Wednesday, November 01, 2006

Kolektor "THR"

Harian Kompas edisi Jawa Tengah,1 November 2006

Lebaran erat kaitannya dengan Tunjangan Hari Raya/(THR).Bermula dengan tradisi pitrah/fitrah kini di formalkan dengan mengatur baik saat,jumlah dan lain lain peraturan THR.Dulu pitrah/fitrah sudah menjadi semacam tradisi.Seperti halnya THR, selalu diberikan pada saat menjelang lebaran.Yang menerima biasanya orang-orang yang mempunyai kaitan kerja baik secara langsung maupun tak langsung berpartisipasi,. diserah terimakan dengan penuh suka cita dan ketulusan.
Kini setiap menjelang lebaran muncul tradisi THR.Tidak terbatas yang mempunyai hubungan kerja langsung maupun tak langsung.Biasanya serombongan anak muda berkeliling ke para pedagang untuk minta THR,”THR satu tahun sekali, sukarela”.
Perlu kita cermati, mereka yang minta THR namun tak beri sumbangsih kepada bergeraknya roda ekonomi ataupun kehidupan yang lebih bermanfaat. Masyarakat perlu bersikap rasional terhadap “kolektor THR” golongan ini.Jangan sampai THR yang seharusnya bermakna positif disalah artikan.Moment lebaran, dimanfaatkan untuk melakukan paksaan secara halus/terselubung.
Lihat tukang becak,tukang sampah,pemulung dan tukang angkat barang,dengan segala keterbatasan berusaha beri kontribusi untuk menggerakan perekonomian. Merekalah yang lebih pantas mendapatkan THR.


(Purnomo Iman Santoso)
Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,
Semarang 50268
Warga Epistoholik Indonesia